Selasa 11 Dec 2018 02:05 WIB

Lewat Kain, Budaya Indonesia Dipromosikan di Den Haag

The Modest Heritage of Indonesia perkenalkan kain tradisional ke Belanda.

Batik Lasem salah satu kain tradisional Nusantara yang ikut dipamerkan di Paviliun Indonesia dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) 2018 Bali.
Foto: MUTIA RAMADHANI
Batik Lasem salah satu kain tradisional Nusantara yang ikut dipamerkan di Paviliun Indonesia dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia (World Bank) 2018 Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag bekerja sama dengan Pelangi Wastra Indonesia menyelenggarakan pertunjukan fesyen  di Museon, Den Haag, bertajuk "The Modest Heritage of Indonesia". Ajang ini mempromosikan keragaman budaya Indonesia.

"Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan ratusan suku bangsa dengan latar belakang etnis, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda, termasuk tekstil uniknya yang sudah dikenal dunia, seperti batik," kata Duta Besar Wesaka Puja dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (11/12).

Pernyataan tersebut disampaikan Dubes Wesaka Puja di hadapan lebih dari 200 orang tamu yang hadir dalam acara tersebut.

"The Modest Heritage of Indonesia" diselenggarakan dengan tujuan untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia lewat kain-kain tradisional. Di sisi lain, untuk meningkatkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Belanda.

Enam orang perancang busana, seorang perancang sepatu, dan seorang perancang tas tergabung dalam kelompok ini. "Lewat pertunjukan fesyen ini, saya berharap Anda semua mendapat gambaran tentang Indonesia dengan kekayaan budaya, serta gambaran tentang industri kreatif yang makin berkembang di Indonesia," dia menambahkan.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Duta Besar Wesaka Puja mengutip sebuah kutipan, yang dikaitkan dengan label mode Cushnie et Ochs, "Life is too short to wear boring clothes."

Kedelapan perancang mode yang tampil pada pertunjukan fesyen tersebut adalah Leny Rafael, yang membuat rancangan dengan tenun Badui, Adelina Willy Suryani dengan sutra Garut, Rizki Permatasari dengan kain khas Sumba, Dwi Lestari Kartika dengan batik Bekasi, Gita Orlin dengan batik Trenggalek, Melisa A. Bermara dengan karya-karya yang terinspirasi oleh burung Enggang khas Kalimantan, Lala Gozali dengan kain lurik Jawa, dan Putri Permana dengan tas Jepara.

Acara berlangsung mulai pukul 16.00 hingga 22.00, dimulai dengan bincang-bincang bertajuk Wastra Indonesia, Timeless Sources of Inspiration, dipandu oleh Yetty Haning dari Centre for Culture and Development Belanda (CCD-NL).

Salah satu program CCD-NL untuk tahun 2019 adalah "Binding with Ikat" dengan  mengirimkan tiga orang desainer Belanda ke Kupang untuk bekerja sama dengan para pengrajin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, mendalami teknik maupun desain tenun ikat.

Ketiga desainer Belanda tersebut sekembalinya ke Belanda akan menghasilkan suatu karya yang terinspirasi dari tenun ikat.

Hasil karya mereka akan dipamerkan di Eindhoven Design Week bulan Oktober 2019 dan beberapa museum di Belanda. Diharapkan hasil karya mereka tersebut dapat pula dipamerkan di InaCraft dan Indonesia Fashion Week 2020.

Setelah jamuan makan malam yang menyajikan makanan khas Indonesia sate ayam dengan lontong, nasi goreng kambing dengan acar dan bakwan sayur, dilanjutkan dengan peragaan mode yang dibagi dalam dua sesi.

Tampil pada sesi pertama: Leny Rafael dengan karya-karyanya, disusul oleh Dwi Lestari Kartika dan Putri Permana.

Usai sambutan Duta Besar, peragaan mode sesi kedua menampilkan karya-karya Rizki Permatasari, Lala Gozali, Adelina Willy Suryani, Melisa Bermara, dan Gita Orlin. Sebagai penutup rangkaian acara The Modest Heritage of Indonesia, para undangan dipersilakan untuk mengunjungi bazzaar, yang digelar di samping kiri kanan catwalk.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement