REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dicky Levenus Tahapary mengatakan penderita diabetes di Jakarta terjadi pada orang-orang di usia muda dibandingkan masyarakat luar negeri.
"Diabetes di Jakarta itu orangnya muda-muda ya dibandingkan luar negeri, di luar negeri di atas 50-60 tahun, di kita 45 persen di bawah umur 45 tahun, bahkan 10 persen di bawah umur 30 tahun," kata peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, Ahad (9/12).
Diki menambahkan, tingginya angka prevalensi diabetes di Jakarta karena masyarakatnya kurang sadar untuk deteksi dini diabetes. Menurut dia, seseorang bisa memeriksa kesehatannya apabila ada faktor risiko dari orang tua yang memiliki riwayat diabetes atau kegemukan.
"Makanya mungkin kesadaran masyarakat jangan menunggu 40 tahun baru periksa. Memang kalau ada faktor risiko, misalkan orang tuanya salah satunya sakit diabetes, kegemukan sudah deh periksa dulu karena memang trennya sekarang lebih muda," katanya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Khafifah Any mengatakan penyebab dari diabetes melitus di kota besar seperti Jakarta salah satunya karena pola hidup masyarakat. Dimulai dari pola makan, pola kerja, dan kondisi perkotaan itu sendiri. Dia mengatakan mayoritas pola hidup masyarakat Jakarta tidak sehat.
"Intervensi apa sih yang pas untuk Jakarta sehingga nanti dari Jakarta intervensinya apa dan nanti hasilnya seperti apa, model ini yang akan dibawa untuk kota-kota besar lainnya di Indonesia," ujar Any saat konferensi pers Program Cities Changing Diabetes di DKI Jakarta, Monas, Jakarta Pusat, Ahad.