REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para Imigran cenderung lebih sehat daripada penduduk negara-negara kaya yang mereka kunjungi, seperti Amerika Serikat. Mereka juga sering membantu memerangi penyakit dengan menjadi pekerja perawatan kesehatan di negara-negara itu.
Menurut sebuah penelitian, para imigran menimbulkan risiko kesehatan dan beban pada sistem kesehatan adalah mitos yang digunakan untuk mendorong sentimen anti-imigran. Penelitian yang dilakukan selama dua tahun menemukan bahwa para imigran, secara umum, memiliki harapan hidup yang lebih tinggi daripada populasi negara tuan rumah dan kurang mungkin meninggal karena penyakit seperti kanker dan penyakit jantung.
Mereka, bagaimanapun, lebih rentan terhadap penyakit seperti hepatitis, HIV dan tuberkulosis. Studi menemukan, tetapi, cenderung menyebarkan infeksi di kalangan komunitas imigran daripada populasi umum.
Ibrahim Abubakar, ketua UCL Lancet Commission on Migration and Health yang sudah melakukan penelitian mengatakan, analisisnya menunjukkan bahwa para migran lebih sehat, para migran berkontribusi positif terhadap ekonomi negara-negara tuan rumah, dan di negara-negara kaya seperti Inggris dan Amerika Serikat. "Para migran merupakan bagian besar dari tenaga kerja kesehatan," katanya dilansir dari Reuters, Kamis (6/12).
Laporan, yang memeriksa 96 studi dan 5.464 perkiraan kematian untuk lebih dari 15 juta imigran, menemukan ketidakkonsistenan antara kelompok i migran.
Angka kematian lebih rendah, misalnya, di antara para imigran dari Asia Timur dan Amerika Latin daripada populasi umum dari enam negara tuan rumah Eropa yang diteliti. Namun, ini lebih tinggi di antara para imigran dari Afrika Utara dan Eropa Timur.
Editor Richard Horton mengatakan di banyak negara, masalah migrasi digunakan untuk membagi masyarakat dan memajukan agenda rakyat. "Imigran umumnya berkontribusi lebih banyak pada ekonomi daripada biaya," ujarnya.
Hasilnya didasarkan terutama pada studi kesehatan imigran di negara-negara kaya, karena kurangnya data tentang negara berpenghasilan rendah dan menengah. Akibatnya, penelitian ini mungkin tidak mencerminkan kesehatan imigran di negara-negara miskin yang merupakan tujuan paling populer secara global bagi para imigran.