REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan penduduk ibu kota Jakarta yang menurut Badan Pusat Statistik mencapai 10,37 juta jiwa tahun lalu, dan ditambah dengan warga pendatang dari kawasan penyangga Jabodetabek telah memicu terjadinya kemacetan lalu lintas di Jabodetabek. Pada tahun 2016 lalu jumlah kendaraan mencapai 18 juta unit dengan panjang jalan sekitar 7 ribu kilometer.
Kemacetan yang telah mendatangkan kerugian hingga Rp 6 triliun setiap tahunnya tersebut telah memaksa pemerintah untuk menciptakan sarana transportasi massal yang memadai. Yaitu membangun sistem transportasi massal, baik itu mass rapid transit (MRT), light rapid transit (LRT) maupun bus rapit transit (BRT).
Pengamat Properti David Cornelis mengatakan, pertumbuhan penduduk yang cepat telah meningkatkan mobilitas orang, yang mengarah ke lalu lintas kemacetan.
Transit-oriented development (TOD) adalah pendekatan perencanaan yang sedang diadopsi banyak kota karena menguntungkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan mengembangkan stasiun transit massal.
"Pengembangan TOD ke depannya mengintensifkan rasio luas lantai, menambahkan ruang hijau, dan meningkatkan desain yang berorientasi pada transit dan pejalan kaki," katanya.
Pola distribusi TOD di wilayah kota satelit memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat perkembangan perkotaan dan ekonomi daerah. Pembangunan dan perencanaan TOD harus dilakukan dengan serius karena akan tidak secara otomatis mengikuti ketika transportasi umum massal dibangun.
Saat ini sejumlah negara sedang mengembangkan konsep hunian yang berbasis transportasi massal di kota besar mereka. Konsep tersebut dinilai sesuai bagi kaum sub urban karena dianggap praktis dan mampu memenuhi kebutuhan mobilitas mereka sehari hari.
"Kami kembangkan hunian berbasis TOD untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terintegrasi dengan angkutan massal," kata Amrozi Hamidi, Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti.
Pihaknya yang kini mengembangkan sejumlah proyek berbasis TOD tersebut di sejumlah kawasan Jabodetabek. Dalam pembangunan proyek tersebut pihaknya juga mengedepankan konsep urban life style yang menjadi gaya hidup kaum urban milenial.
Hal itu terlihat dari adanya sejumlah fasilitas sosial modern bagi warga setempat untuk bersosialisasi selain pusat perbelanjaan dan sarana rekreasi bagi mereka." Kawasan ini dikembangan sesuai dengan gaya hidup kaum urban modern yang serba cepat, dinamis dan kreatif," kata Taufiq Hardiyansyah, Project Director LRT City Ciracas Urban Signature.