Jumat 30 Nov 2018 12:17 WIB

Randang (Rendang), Makna Mendalam di Balik Sekadar Makanan

Randang sebagai makanan terlezat, punya makna mendalam di balik proses pembuatannya

Seorang ibu merendang gulai (mengaduk sampai kering) hingga menjadi rendang (ilustrasi).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang ibu merendang gulai (mengaduk sampai kering) hingga menjadi rendang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hazliansyah, Wartawan Republika

JAKARTA -- Randang sebagai makanan khas asal Sumatra Barat sudah dikenal luas. Popularitas dan keotentikan rasanya membuat randang menjadi menu nasional.

Hampir di seluruh pelosok tanah air, kita akan dengan mudah menemukan makanan yang khas dengan rasa gurih santan, juicy yang keluar dari cita rasa daging, serta rasa pedas yang dominan.

Tidak hanya di skala nasional, randang juga dikenal luas di belahan dunia lain. Bahkan salah kantor berita internasional menobatkan randang sebagai makanan terlezat di dunia selama empat tahun berturut-turut.

Hal ini menunjukkan randang sebagai makanan khas tanah air mendapat tempat yang luas di dunia. Rendang memiliki kekuatan besar menjadi diplomasi kuliner untuk menciptakan pemahaman lintas budaya. Bahasa mudahnya, semakin membuat Indonesia dikenal di mata internasional.

Kendati demikian, meski randang telah mendunia, nyatanya masih banyak hal yang belum banyak diketahui masyarakat soal makanan yang satu ini. Bahkan warga Sumatra Barat itu sendiri.

Bahwa randang tidak sekadar makanan, tapi telah menjadi bagian terdalam dari adat, budaya dan kehidupan sosial masyarakat Minangkabau.

Tak ayal, randang memiliki 400 jenis berbeda. Dimana masing-masing jenisnya memiliki perbedaan yang disesuaikan dengan lokasi geografis dan fungsinya.

randang untuk acara batagak pangulu (datuk) beda dengan randang untuk acara sunatan. Atau randang untuk manjalang bako (pererat persaudaraan) berbeda dengan randang pesta perhelatan biasa.

"Ini yang jarang diketaui oleh masyarakat di luar Sumatra Barat atau bahkan Sumatra Barat sendiri. Dari penamaannya pun yang benar adalah Randang, bukan rendang. Jadi Randang itu bukan hanya kuliner, tapi sebagai proses budaya," kata Andre Setiawan, Kepala Badan Penghubung Provinsi Sumatra Barat, dalam jumpa pers acara "Nusantara Marandang", Kamis (29/11) kemarin, di Jakarta.

Andre mengatakan, penamaan randang itu diambil dari proses memasaknya yang dinamakan "Marandang". Yakni proses memasak yang memakan waktu cukup lama dan memiliki tahapan-tahapan. Mulai dari gulai kemudian menjadi randang.

"Juga terdapat proses karamelisasi bahan-bahan itu hingga kemudian menjadi randang," kata Andre.

Di proses Marandang, jelas Andre, juga terdapat makna filosofis yang kuat. Terkait erat dengan kehidupan sosial yang ada di ranah Minang. Sedikitnya ada empat unsur yang terdapat dalam proses Marandang itu. 

photo
Tips memasak rendang.

Pertama adalah daging yang menjadi bahan utama randang. Yakni menggambarkan Ninik-Mamak atau orang tua yang dituakan. Bahwa orang tua memiliki peranan yang kuat dalam kehidupan masyarakat.

Unsur kedua adalah santan. Yakni menggambarkan cendekiawan atau pemikir Sumatra Barat yang mengisi relung-relung kehidupan masyarakat. Kemudian di unsur ketiga ada lada atau cabai yang mewakili kalangan agamawan atau ulama yang tegas dan fokus dalam menegakkan syariat agama di masyarakat.

"Kemudian bumbu-bumbu lainnya mewakili masyarakat dari seluruh nagari atau wilayah di Sumatra Barat yang beragam," ujar Andre.

Promosi Berkelanjutan

Melihat dalam dan luasnya makna masakan randang, serta potensi diplomasi kuliner yang dimiliki randang ke mancanegara, tak ayal diperlukan upaya promosi yang berkelanjutan agar randang semakin dikenal dan makin mendunia. Identitasnya akan melekat dengan erat dengan Indonesia.

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menjadi salah satu pihak yang paling berkepentingan dan merasa perlu untuk terus memperluas promosi dan informasi randang. "Nusantara Marandang" menjadi salah satu upaya yang akan dilakukan Pemprov dalam memperkenalkan lebih jauh randang.

"Karena dulunya randang tidak dijual banyak masyarakat, karena randang menyangkut kapan randang itu disajikan. Kekhasan ini yang akan kami munculkan dan kenalkan kembali dalam acara Nusantara Marandang nanti," ujar Andre.

Nusantara Marandang akan menjadi upaya untuk kembali menyampaikan kepada masyarakat nasional dan internasional tentang nilai luhur, historis dan budaya dari Randang. Puncak acara akan berlangsung pada Ahad (2/12) mendatang di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Pemilihan Jakarta sebagai lokasi acara, ujar Andre, bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat nasional dan internasional, tentang Randang sebagai kuliner khas Minangkau sudah menjadi milik bersama masyarakat Indonesia. Hal itu didasari oleh banyaknya wilayah di Indonesia yang secara kultural sudah mengadopsi resep randang dengan kekhasan dan kearifan lokal masing-masing wilayah di Indonesia.

"Nantinya juga akan ada pencanangan resep standar (SOP) pembuatan randang yang sesuai dengan cita rasa masakan Minangkabau asli," ujar Andre. 

photo
Rendang tradisional dimasak dengan api kecil dalam tungku dengan kayu bakar.

Selain itu, di acara nanti juga akan mengangkat beberapa muatan konten yang akan memberikan nilai lebih terkait eksistensi Randang di tengah-tengah masyarakat Sumatra Barat. Diantaranya adalah Talkshow on Air dengan tema sejarah dan filosofi Randang di Sumatra Barat, talkshow mengangkat tema Randang yang mendunia dari segi bisnis dan UMKM.

Juga akan ada demo masak berbahan dasar Randang yang disajikan oleh chef dan seleb berdarah Minang dan memiliki usaha kuliner.

"Demo masak berbahan dasar Randang ini disajikan dengan cara tradisional dan modern. Disamping itu akan ada demo cara memasak Randang asli oleh juru masak asli yang didatangkan dari Sumatra Barat," ujarnya.

Acara "Nusantara Marandang" juga akan dimeriahkan dengan bazaar kuliner yang mengangkat aneka masakan Randang, cara pembuatan yang sangat tradisional, juga akan mengangkat komunitas Minangkabau di Jakarta.

Tidak ketinggalan acara hiburan dengan menampilkan aneka kelompok kesenian tradisional Minangkabau. Seperti Saluang, Rabab dan Randai. Salah satu puncak acara adalah pemecahan Rekor MURI berupa hasil terbanyak kreasi memasak Randang.

"Dengan rekor MURI ini diharapkan mampu menstimulasi masyarakat nasional untuk semakin mencintai Randang sebagai salah satu kebanggaan nasional, dan menyampaikan kepada masyarakat internasional bahwa Randang sebagai salah satu asset dan budaya tak benda Sumatra Barat," ujar Andre.

Mengangkat ke Standar Global

Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, Vita Datau, mengatakan, Randang merupakan 1 dari 5 kuliner khas yang dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata. Melalui acara Nusantara Marandang, diharapkan semakin meningkatkan popularitas Randang sebagai ikon kuliber Indonesia.

Selain itu, dengan acara ini, juga dapat mengangkat standar dari Randang itu sendiri untuk diperkenalkan ke dunia internasional.

"Karena tidak hanya berbicara tentang rasa dari kuliner itu sendiri, tetapi tentang nilai, sejarah dan budaya yang mendasari kuliber tersebut hadir di tengah-tengah masyarakat," ujar Vita Datau.

Dalam memperkenalkan kuliner ke khalayak internasional memang tidak melulu tentang rasa. Tapi adalah tentang cerita yang ada di balik makanan atau proses memasaknya. Itulah yang akan membuat orang semakin tertarik dan mendapat pengalaman lebih ketika berkunjung ke Indonesia.

"Kemenpar sendiri sudah mem-branding 100 restoran Indonesia di luar negeri. Dan 90 persen diantaranya memiliki menu randang," ujar Vita.

photo
Vita Datau (kiri) dan Andre Setiawan (Kanan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement