Ahad 25 Nov 2018 20:00 WIB

Inovasi Metode Sel Punca untuk Kasus Sulit Medis

Metode sel punca bisa mnegobati permasalahan tulang.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ani Nursalikah
Sel Punca Embrionik
Foto: Wikipedia
Sel Punca Embrionik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metode sel punca sudah berhasil mengobati pasien dengan permasalahan tulang, kebutaan, kelumpuhan, luka bakar, dan kaki diabetes.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Prof Ari F Syam mengatakan sel punca sudah di uji klinik pada kasus patah tulang yang tidak tersambung, defek tulang kritis, pengapuran sendi lutut, kelumpuhan syaraf tulang belakang, kebutaan karena glaukoma, luka bakar luas, gagal jantung, dan kaki diabetes. Saat ini sedang dikembangkan untuk cerebral palsy, strok, penyakit paru obstruktif menahun, AVM, leukemia dan kanker lainnya.

Baca Juga

Penelitian panjang sel punca (stem cell) FKUI-RSCM dimulai dari basic research (tingkat sel), translational research (animal study), dan clinical trial pada orang sakit sudah menghasilkan lebih 50 publikasi internasional. Penelitian dasar dan translational dikerjakan di Cluster Stem Cell and Tissue Engineering IMERI FKUI. Sedangkan produksi sel punca dan penyimpanannya di Unit Pelayanan Terpadu Sel Punca RSCM. Uji klinik dilakukan di RSCM.

Menurut Ari, riset inovatif ini memasuki hilirisasi produk dengan diresmikannya Laboratorium Pengolahan Sel Punca, Bank Sel Punca dan Jaringan oleh Menteri Kesehatan Prof Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek pada 24 November 2018. Sistem pengolahan sel dan metabolit ini juga ciptaan tim peneliti FKUI RSCM dengan nama produk UI-CM.

"Inovasi ini bisa menjadi contoh perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan karya riset yang hanya menjadi dokumen belaka dalam bentuk tesis, disertasi atau publikasi, tetapi juga menghasilkan sesuatu produk yang marketable, implementable, dan inovatif," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (25/11).

Proses produksi bekerja sama dengan PT Kimia Farma dan mendapat hibah multi years Kemenristek Dikti. Produk sel punca FKUI/RSCM ini menjadi contoh riset universitas yang inovatif (pelayanan berbasis penelitian) bisa berlanjut sampai di hilirisasi dan bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan riset FKUI ini menjadi inspirasi agar penelitian yang ada diperguruan tinggi selayaknya didorong terus ke skala industri. Untuk sampai pada level tersebut diperlukan dana yang cukup untuk pelaksanaan riset serta pengujiannya.

Penelitian inovatif ini telah menjadi contoh produk yang dihasilkan melalui kerja sama yang dikenal dengan triple helix. Penerapan model triple helix ini melibatkan tiga unsur yakni pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. Tujuannya memacu riset yang mampu menghasilkan produk atau disain baru sesuai kebutuhan industri dan pasar.

Riset sel punca FKUI-RSCM dengan menggunakan para peneliti yang berasal dari institusi pendidikan didukung dana riset melalui Kemenristek Dikti, Kemenkes, dan melibatkan industri PT Kimia Farma untuk membantu produksi dan memasarkan. "Kami berharap ada filantrofi yang mau membantu research universitas inovatif seperti ini. Semua ini menuju kemandirian bangsa mengingat jumlah penduduk kita yang diatas 200 juta dengan masalahn kesehatan yang kompleks dengan penyebaran pelayanan kesehatan yang tidak merata," kata Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement