Selasa 20 Nov 2018 01:59 WIB

Indonesia Masih Subuh Sabet Penghargaan di Cina

Film karya Fauzan Hazabi ini meraih penghargaan kategori Komunikasi Internasional.

Lensa Kamera. Ilustrasi.
Foto: www.seebiz.net
Lensa Kamera. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Film pendek berjudul Indonesia Masih Subuh berhasil menyabet penghargaan di Festival Mikrofilm Internasional Ningbo (NIMF) China pada 17-18 November 2018. Film karya Fauzan Hazabi itu meraih penghargaan untuk kategori Komunikasi Internasional.

"Tentu kami sangat bangga salah satu film kita yang diputar selama festival tersebut berhasil meraih penghargaan," kata Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Siti Nugraha Mauludiah, Senin (20/11).

Kategori film Komunikasi Internasional merupakan kategori baru yang diberikan kepada para pembuat film di negara yang berada dalam Prakarsa Satu Sabuk Satu Jalur (One Belt and One Road).

Penyelenggara NIMF pada tahun ini mulai menjalin kerja sama dengan negara-negara Prakarsa Satu Sabuk Satu Jalur.

Film pendek Indonesia Masih Subuh bercerita tentang bocah penyemir sepatu keliling yang sangat mencintai negaranya.

Suatu ketika dia melihat bendera Merah-Putih di salah satu sekolah dasar robek dan kusam. Dengan uang yang ditabungnya, Bora, nama bocah itu membeli bendera Merah-Putih yang baru untuk menggantikan bendera kusam yang dilihatnya.

Namun, pada malam hari penjaga sekolah mengambil bendera yang dipasang oleh Bora untuk mengelap lantai yang terkena tumpahan kopi.

Bora pun kecewa sehingga mengesankan bahwa bangsanya masih tidur sesuai dengan judul film Indonesia Masih Subuh.

Film tersebut diputar di Ningbo Cinema, Sabtu (17/11) petang, bersama dengan dua film pendek Indonesia lainnya, yakni Errorist of the Seasons dan Roda Pantura.

Selain Indonesia Masih Subuh, tiga film Indonesia lainnya, yakni Pengantar Rezeki, Papa Maafin Raisa, dan Rumah Kos Ibu Mira juga masuk dalam kategori yang sama.

Film Errorist of the Seasons karya Rein M bercerita tentang fenomena sosial masyarakat di pinggiran Ibu Kota Jakarta yang mengais rezeki dengan menjadi ojek perahu karet saat terjadi banjir. Namun usaha tersebut berujung kegagalan karena pemerintah daerah setempat bisa mengatasinya dengan memperlancar arus sungai.

Sementara Hizkia Subiyantoro mengetengahkan fenomena warung remang-remang di jalur pantai utara Jawa melalui film animasi berjudul Roda Pantura.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement