Rabu 14 Nov 2018 12:14 WIB

Media Sosial Kikis Kepercayaan Diri Penggunanya

Pengguna yang tidak matang bisa terkena dampak negatif media sosial.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Indira Rezkisari
Akses media sosial melalui ponsel (ilutrasi)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Akses media sosial melalui ponsel (ilutrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan penggunaan media sosial menandakan bahwa penduduk global semakin terhubung dari era sebelumnya. Di sisi lain, terhubungnya manusia dalam satu wahana dinilai dapat mempengaruhi kesehatan mental penggunanya.

Berikut enam pengaruh media sosial yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental penggunanya seperti dilansir The Independent.

Baca Juga

Mengikis Kepercayaan Diri

Membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain di media sosial dengan melihat-lihat atau 'stalking' unggahan foto-foto estetis dari orang lain dapat menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri. Sebuah studi di University of Copenhagen menemukan bahwa banyak orang mengalami 'Facebook Envy' atau rasa iri seseorang yang melihat unggahan orang lain di media sosial.

"Ketika kita menghanyutkan perasaan kita terhadap kehidupan orang lain, kita menempatkan kebahagiaan dalam variabel kita yang bukan merupakan kehendak kita," kata Dr Tim Bono penulis buku 'When Likes Aren't Enough'.

Tidak Menikmati Momen

Media sosial dianggap sebagai suatu wadah yang berguna  untuk membawa penggunanya kepada peristiwa penting terhadap diri sendiri. Namun, media sosial juga dianggap berperan dalam mendistraksi ingatan itu sendiri sehingga tidak berharga untuk diingat.

"Jika kita terlalu sibuk mencari perhatian dengan mengambil foto yang paling bagus untuk diunggah, kita akan kekurangan kebahagiaan dalam menikmati suatu momen," kata Dr Bono.

Mengganggu Kualitas Tidur

Tidur merupakan kebutuhan manusia. Di sisi lain, penggunaan telepon seluler yang terlalu lama sebelum tidur dapat mengganggu proses tubuh untuk beristirahat.

Menurut Dr Bono, beraktivitas dengan rasa cemas dan iri dengan apa yang diihat di media sosial dapat membuat otak bekerja ekstra keras. Hal tersebut, kata dia, dapat menyebabkan manusia sulit tidur.

"Terlebih lagi, sinar dari layar ponsel yang berukuran lebih kecil dari wajah kita dapat mengurangi melantonin, hormon yang membantu manusia untuk tidur," ujarnya. Ia menyarankan agar pemilik ponsel tidak menggunakan ponsel selama 40 menit hingga satu jam sebelum tidur untuk meningkatkan kualitas tidur.

Membuat Haus Perhatian

Dr Bono menyampaikan, bukan hanya kesehatan otak dalam alam bawah sadar yang perlu diperhatikan. Namun kesehatan otak ketika orang tersadar juga perlu mendapat tempat tersendiri.

Menurut Dr Bono, saat melihat sebuah informasi, warganet cenderung ingin membagikan informasi tersebut tanpa memikirkan dampaknya. Berdasarkan penelitiannya, media sosial menyediakan godaan yang sangat kuat sebagai pemuas dahaga akan hiburan.

"Jika Anda tidak dapat mengurangi pemakaian ponsel, Anda akan kesulitan dalam melatih kebiasaan Anda sendiri," ucap dia.

Menggerus Hubungan Antarmanusia

Menjadi seorang manusia, merupakan sebuah hal yang penting untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Namun, menjadi suatu hal yang berbahaya jika pengguna media sosial terjebak dalam dunia digital yang semu.

Stina Sanders, seorang mantan model yang memiliki 107 ribu pengikut di Instagram mengaku bahwa media sosial kerap membuatnya merasa ditinggalkan.

"Saya merasa FOMO (Feared of Missing Out --rasa takut dikucilkan) ketika melihat foto teman saya dalam sebuah pesta dan saya tidak ikut serta. Hal itu membuat saya kesepian dan cemas," kata dia.

Merusak Kesehatan Mental

Media sosial tidak hanya mengganggu kebahagiaan orang lain, tapi juga dapat merusak kesehatan mental seseorang. Pada Maret 2018, dalam reportase yang ditulis The Independent menyebutkan bahwa 41 persen dari 1.000 responden yang berasal dari generasi Z merasa media sosial membuat mereka cemas, sedih, bahkan depresi.

Ben Jacobs, seorang DJ yang memiliki 5 ribu pengikut di Twitter menyatakan 'istirahat' dalam mengakses Twitter sejak Januari 2016 dan mendapat manfaat besarnya. Bagi Jacob, Twitter membuatnya cemas dari waktu ke waktu dan membuatnya hanya terpaku dengan orang-orang yang dia ikuti di Twitter.

"Sejak 'puasa' Twitter, saya merasa kepala ssaya lebih ringan dengan memilih berolahraga atau membaca buku," kata dia.

Ia mengajak para pengguna media sosial untuk memiliki waktu beristirahat dari mengakses media tersebut. "Kenapa tidak luangkan waktu untuk beristirahat dari media sosial? Itu bagus untuk kita," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement