Sabtu 10 Nov 2018 23:21 WIB

Desa Wisata Edelweiss Diharap Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Desa Wisata Edelweiss merupakan salah satu penambahan destinasi wisata yang potensial

Desa wisata edelweis di Desa Wonokitri, Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur resmi dibuka, Sabtu (10/11). Selain Wonokitri, Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo juga masuk ke dalam kategori wisata ini.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Desa wisata edelweis di Desa Wonokitri, Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur resmi dibuka, Sabtu (10/11). Selain Wonokitri, Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo juga masuk ke dalam kategori wisata ini.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOKITRI, PASURUAN -- Peresmian Desa Wisata Edelweiss di Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, dan Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diharapkan mampu menarik dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Mariyono, di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya menggelar berbagi kegiatan budaya guna meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.

Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatwan, diharapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kabupaten Pasuruan juga meningkat.

"Kami terus berupaya untuk menggelar berbagai kegiatan budaya, khususnya di wilayah Kecamatan Tosari. Hal tersebut dimaksudkan, supaya turis bisa semakin banyak dan menambah PAD," kata Agung, Sabtu (10/11).

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) telah melakukan pembinaan kepada kelompok tani di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dan Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sejak 2014. Dua desa itu mendapatkan bibit dari BB-TNBTS masing-masing sebanyak 5.600 bibit.

Agung menambahkan, dengan dilakukannya berbagai kegiatan berbasis budaya seperti Festival Land of Edelweiss tersebut bisa menimbulkan keramaian. Dengan adanya keramaian, lanjut Agung, dipastikan akan ada perputaran perekonomian.

Besaran tarif untuk masuk ke Desa Wisata Edelweiss tersebut masih dalam tahap pembahasan oleh kelompok tani dan kepala desa setempat. Diperkirakan, tarif masuk berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp150.000 per orang.

Dalam kesempatan itu, Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dody Wahyu Karyanto mengatakan bahwa, Desa Wisata Edelweiss merupakan salah satu penambahan destinasi wisata yang potensial.

"Masyarakat Tengger ditambah potensi wisatanya. Daerah penyangga harus jadi destinasi wisata alternatif supaya wisatawan tidak menumpuk di kawasan Gunung Bromo saja," kata Dody.

Dalam pengembangan Desa Wisata Edelweiss tersebut, BB-TNBTS mengakomodir tiga peluang untuk dimanfaatkan masyarakat Tengger. Dari sisi perekonomian, diharapkan dengan adanya Desa Wisata tersebut, bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari wisatawan yang berkunjung.

Sementara sisi konservasi, bunga yang ditanam di Desa Wisata Edelweiss tersebut sudah masuk dalam kategori generasi kedua (F2), dan memiliki izin penangkaran dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

Kemudian dari sisi religi, masyarakat Adat Tengger dalam menggelar berbagai upacara, tidak lagi mengambil bunga edelweiss yang berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement