REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pembangkakan payudara saat menyusui merupakan salah satu penyebab enggannya ibu-ibu memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Ada berbagai upaya yang telah dilakukan oleh tenaga kesehaan untuk mengatasi masalah pembengkakan payudara tersebut.
Hal itu disampaikan oleh dosen Kebidanan dan Sekretaris Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Dwiana Estiwidani, pada Republika.co.id. Upaya yang telah dilakukan oleh para tenaga kesehatan, antara lain, dengan mengajari ibu cara merawat payudara, yakni dengan masase payudara, terutama untuk pemeliharaan payudara dan menstimulasi pengeluaran hormon oksitosin.
Selain itu, Dani (panggilan akrab Dwiana Estiwidani--Red) menambahkan, masase payudara yang dilakukan pada periode empat hari setelah melahirkan dapat mengurangi terjadinya pembengkakan payudara karena kandungan ASI dan dapat melancarkan sirkulasi darah serta mencegah tersumbatnya saluran ASI. Sehingga, memperlancar pengeluaran ASI.
Lebih lanjut ia mengatakan, masase payudara juga penting untuk mencairkan ASI yang menggumpal dan menstimulasi hormon oksitosin untuk let down reflex (memancarkan ASI keluar dari payudara). Namun, upaya perawatan payudara ini belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa takut dan malas serta kurangnya waktu melakukan perawatan payudara selama masa menyusui.
Upaya lain yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah pembengkakan adalah dengan pijat pungggung (pijat oksitosin). Namun, hal ini harus dilakukan oleh orang lain atau bukan oleh ibu sendiri, misalnya, oleh suami atau bidan. Hasil penelitian membuktikan tidak terdapat perbedaan bermakna antara masases payudara dengan pijat oksitosin.
Karena itulah, Dani melakukan penelitian dan membuat alat khusus untuk merawat payudara yang bisa dilakukan sendiri oleh ibu yang sedang menyusui. Alat tersebut diberi nama mangkuk getar. Dengan alat tersebut, bisa membantu ibu melakukan perawatan payudara sendiri. Sehingga, ibu bisa sambil mengerjakan aktivitas yang lain.
Alat ini dirancang khusus yang dibuat dari bahan yang mudah didapatkan dan aman bagi ibu bayi maupun kandungan ASI. Cara kerja mangkuk getar ini adalah memberikan pijatan otomatis pada payudara sehngga dapat memperlancar peredaran darah dan merangsang pengeluaran hormon oksitosin untuk menstmulasi let down reflex.
"Pemakaian mangkuk getar dapat mencegah terjadinya pembengkakan payudara sebesar 2,75 kali," jelas ibu dari tiga anak ini. Dani yang praktik di Praktik Mandiri Bidan Kasih Ibu Wonosari juga melakukan penelitian di Kecamatan Wonosari. Sebagian besar subjek penelitian merupakan ibu-ibu menyusui dalam usia reproduksi sehat (20-36 tahun).
Masyarakat Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul mempunyai kesadaran akan pentingnya hamil dan bersalin di usia reproduksi sehat. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi kejadian pembangkakan payudara pada kelompok intervensi (pemakaian mangkok getar) adalah 25 persen, sementara kejadian pembengkakan payudara pada kelompok kontrol (pijat oksitosin) adalah 67,5 persen.
Ada perbedaan proporsi kejadian pembengkakan payudara antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Dikatakan, proporsi kejadian pembengkakan payudara pada kelompok intervensi lebih sedikit dibanding kelompok getar.
Sehubungan dengan hal itu, ia memberikan saran bahwa ibumenyusui sebaiknya menggunakan mangkok getar selama 2-3 menit dua kali sehari selama periode awal menyusui untuk mencegah terjadinya pembengkakan payudara, dengan tetap menyusui bayi sesering mungkin. Bidan menerapkan teknik mangkok getar sebagai alternatif upaya pencegahan pembengkakan payudara ibu menyusui.
Selain itu, Dani juga menyarankan Dinas Kesehatan Gunungkidul menerapkan teknik mangkok getar sebagai salah satu program penungkatan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bagian cara mencegah atau mengatasi masalah dalam menyusui karena pembengkakan payudara. Menurut Dani, alat tersebut diciptakan sejak setahun yang lalu, tetapi belum diproduksi secara massal.
‘’Mangkuk getar ini saya ajukan juga sebagai salah satu penilaian kinerja preatatif dosen prestasi Poltekkes tingkat nasional. Alhamdulillah, Poltekkes Yogyakarta yang dalam hal ini diwakili saya sudah masuk lima besar. Pada 7 November ini saya diundang ke Jakarta untuk pengumuman juaranya,” katanya.