REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film terbaru produksi Moon River Studios, Mara, mengusung fenomena ketindihan yang pernah dialami sebagian orang. Kondisi tidur yang dikenal dengan nama ilmiah sleep paralysis menjadi perekat benang merah cerita dalam sinema thriller horor ini.
Clive Toge, sang sutradara, menampilkan data saintifik di awal film yang berdurasi 98 menit. Ternyata, di seluruh dunia, cukup banyak orang yang pernah mengalami fenomena tersebut. Sebagian besar enggan mengakui dan menganggapnya sebagai gangguan makhluk halus.
Para tokoh dalam film ini mengalami 'ketindihan', baik dalam level ringan, sedang, maupun berat. Beberapa karakter meninggal dunia setelah mengalaminya. Hal itu yang coba ditelusuri oleh sang tokoh utama, Kate Fuller (Olga Kurylenko).
Bahkan, Kate sendiri terancam maut karena juga mengidapnya. Dia harus segera mencari cara dan jawaban logis untuk menghindari maut yang membayangi dalam wujud sosok bernama Mara. Terlebih, nyawa beberapa orang selain dirinya turut menjadi taruhan.
Dalam film, Kate adalah sosok yang tampak selalu muram. Dia memiliki trauma masa kecil yang memotivasinya menjadi seorang psikolog. Sayangnya, tokoh utama ini masih 'berjarak' dengan penonton karena latar belakang yang kurang dieksplorasi.
Namun, akting Kurylenko cukup baik sebagai psikolog forensik yang profesional. Penonton bisa merasakan dilema yang dia hadapi, ketika harus memberi penilaian mengenai kondisi kejiwaan seseorang untuk pengambilan keputusan akhir sebuah kasus kriminal.
Setelah berakting konyol dalam film komedi Johnny English Strikes Again beberapa waktu silam, Kurylenko berhasil memunculkan sosok serius di film ini. Selain Kurylenko, film dibintangi Craig Conway, Javier Botet, Rosie Fellner, Lance E Nichols, Mackenzie Imsand, Ted Johnson, Mitch Eakins, dan Melissa Bolona.