Jumat 02 Nov 2018 19:14 WIB

Peserta Wonderful Sail Indonesia Singgah di Tanjungpinang

Sebelumnya peserta singgah di Lingga sebelum menuju Bintan sebagai tujuan terakhir

Suasana Mesjid Sultan Riau, Pulau Penyengat, Kepri, 7/6. Adonan tembok masjid Sultan Riau ini dipercayai terbuat dari campuran putih telur pada masa Sultan Abdurahman Shah pada tahun 1832M. Kini masjid ini merupakan destinasi pariwisata bagi Propinsi Kepri untuk mengaet wistawan lokal dan wisatawan mancanegara.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Suasana Mesjid Sultan Riau, Pulau Penyengat, Kepri, 7/6. Adonan tembok masjid Sultan Riau ini dipercayai terbuat dari campuran putih telur pada masa Sultan Abdurahman Shah pada tahun 1832M. Kini masjid ini merupakan destinasi pariwisata bagi Propinsi Kepri untuk mengaet wistawan lokal dan wisatawan mancanegara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian Wonderful Sail to Indonesia 2018 memasuki tahap akhir. Setelah singgah di Kabupaten Lingga, sebanyak 26 yachter dari berbagai negara akan melanjutkan perjalanan ke Kota Tanjungpinang sebelum akhirnya tiba di tujuan akhir di Nongsa Point Marina, Batam.

Para yachter itu akan singgah ke Kota Tanjungpinang pada 3 hingga 4 November esok.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Raja Kholidin, mengatakan, singgahnya para yachter dalam rangkaian Wonderful Sail to Indonesia ke Tanjung Pinang ini akan menambah atraksi yang ada di Tanjung Pinang.

"Kehadiran para yachter ini ke Tanjung Pinang ini tentunya diharapkan mampu menjadi penyumbang peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2018," ujar Raja Kholidin.

Tahun ini, ujar Raja, Kota Tanjungpinang menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 150 ribu. Angka ini lebih tinggi dari target tahun lalu yang ditetapkan sebesar 102 wisman.

Raja menjelaskan, dalam singgahnya ke Tanjungpinang, para peserta akan diajak menikmati berbagai keindahan dan keragaman budaya yang ada di Kota Tanjungpinang. Diantaranya Pulau Penyengat, objek wisata yang kaya akan kekuatan budaya.

Di pulau berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah. Diantaranya Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur.

Disini juga terdapat makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji serta kompleks Insta Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Pulau Penyengat dan kompleks istana di Pulau Penyengat telah dicalonkan ke UNESCO menjadi salah satu situs warisan dunia.

Di Pulau Penyengat ini pula, para yachter akan disuguhi penampilan budaya seperti musik Gazal Penyengat, Joget Dangkong dan permainan rakyat gasing.

Selanjutnya di hari kedua pada Ahad (4/11), para yachter akan tur ke berbagai destinasi di Kota Tanjungpinang. Mulai dari Gedung Gonggong, Kampung Pelangi, dan Vihara Patung 1000.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulis, Jumat (2/11), menyatakan mendukung acara ini sebagai bagian dari promosi pariwisata dalam upaya mendatangkan 17 juta wisatawan mancanegara dan 275 juta pergerakan wisatawan nusantara di 2018.

Kehadiran para Yachter dunia ini akan menjadi sarana promosi yang efektif bagi pariwisata Tanjungpinang. Karena umunya para yachter itu tergabung dalam satu komunitas yang terdiri dari banyak anggota di seluruh dunia.

"Selain tentunya akan memberikan dampak langsung terhadap masyarakat dari uang yang para yachter belanjakan di Tanjungpinang. Mulai dari kebutuhan mereka di atas kapal dan banyak hal lainnya seperti souvenir dan lainnya," kata Masruroh.

Menpar mengharapkan masyarakat dapat menyambut kehadiran para yachter dengan baik. Karena Tanjungpinang dengan daerahnya yang strategis dapat menjadi pintu masuk bagi para yachter internasional.

"Saya sudah menetapkan Tanjungpinang sebagai pintu gerbang bahari Indonesia," ujar Menpar Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement