Kamis 01 Nov 2018 06:16 WIB

Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur Sajikan Wisata Angklung

Ada 1.000 angklung untuk melayani wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur.

Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (29/5).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Pengelola 'Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur' mengembangkan paket wisata belajar memainkan alat musik angklung. Langkah ini dilakukan sebagai alternatif kegiatan kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Sehingga, paket wisata belajar bermain angklung bisa menjadi salah satu alternatif kegiatan wisata di Borobudur," kata Abbet Nugroho, pengelola "Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur" di Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu.

Hingga saat ini, pihaknya telah memiliki sekitar 1.000 angklung untuk melayani wisatawan dalam rombongan besar yang berkunjung ke Candi Borobudur dan berbagai objek wisata lainnya di kawasan warisan budaya dunia itu. Melalui paket wisata bermain angklung itu, wisatawan diajari secara singkat cara memainkan alat musik tradisional tersebut untuk selanjutnya secara bersama-sama memainkan angklung sebagai pengiring berbagai nyanyian, baik lagu daerah, barat, nasional, maupun umum.

Ia menyebut angklung merupakan instrumen musik bambu dari Jawa Barat yang telah diakui keberadaannya oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) sebagai warisan budaya tak benda. Hingga saat ini, katanya, paket wisata bermain angklung tersebut telah disajikan kepada para wisatawan di sejumlah objek wisata terutama di sekitar Candi Borobudur.

Pihaknya juga berkesempatan menyajikan paket alternatif wisata tersebut dalam sejumlah agenda festival seni budaya, terutama di daerah setempat. Abbet yang juga Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Bumiharjo itu mengemukakan bahwa aspek seni budaya sebagai kekuatan penting dalam pengembangan kepariwisataan Candi Borobudur.

"Kesenian hidup pasang surut seperti air namun terus mengalir. Pelaku wisata dan seniman harus bisa memanfaatkan potensi ini," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement