REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam seperti gempa bumi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia beberapa waktu lalu serta kecelakaan pesawat baru-baru ini belum terlalu terlihat memiliki pengaruh terhadap minat maupun kunjungan wisatawan. Baik lokal maupun mancanegara.
Hal ini dianggap lantaran sebagian besar wisatawan sudah tahu bahwa Indonesia merupakan wilayah ring of fire atau daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi di cekungan Samudra Pasifik.
Plt. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Ni Wayan Giri mengatakan, rata-rata wisatawan juga sudah cerdas dan dewasa memilih tujuan wisata.
"Kalau bencana alam, rasanya tidak terlalu besar dampaknya. Indonesia hampir sama dengan Jepang soal gempa," ujar Ni Wayan di Jakarta, Rabu (31/10).
Dia mencontohkan saat musibah gempa di Lombok, masih banyak turis bertanya pemulihan karena sudah tak sabar berwisata. Hal yang penting bagi wisatawan, terutama mancanegara, menurutnya, adalah informasi yang jelas.
"Di Gili Trawangan, kondisi baru dibersihkan, tapi wisatawan sudah mulai datang. Itu menunjukkan bencana alam nggak terlalu (pengaruh). Cuma yang mereka inginkan mitigasinya, jelas informasinya," lanjut Ni Wayan.
Terkait tragedi pesawat Lion Air JT-610, baru negara Australia yang diketahui memberikan panduan berwisata kepada para warganya. Selain Australia, menurutnya, tidak terlalu bereaksi lebih.
Selain rasa simpati yang ia sampaikan, Kemenpar dalam hal ini juga terus bekerjasama dengan pihak maskapai maupun stakeholder lainnya.
Negara optimistis mencapai target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) 2018 dan 20 juta pada 2019. Data per Agustus 2018 menujukkan pertumbuhan 12,5 persen.
"Datanya perlu dicek lagi, nanti pencapaian sampai bulan September kita nunggu, harapannya bagus. Jadi sementara ini kondisi bahwa bencana alam dan kecelakaan pesawat, dampaknya tidak terlalu signifikan," katanya menambahkan.