REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Anggota grup idola Jepang, Enoha Girls, Omoto Honoka (16 tahun) ditemukan gantung diri dan melewatkan konser bersama rekan-rekannya pada Maret 2018. Keluarga sekarang menuntut perusahaan yang bermarkas di Prefektur Ehime tersebut atas kematian putri mereka akibat pelecehan dan jam kerja terlalu banyak.
Tuntutan keluarga Honoka ditujukan kepada pimpinan agensi talenta H Project dan tiga karyawan perusahaan lainnya. Keluarga Honoka menuntut ganti rugi sebesar 92 juta yen atau setara Rp 12,36 miliar.
"Kami ingin perusahaan berbicara jujur apa yang sebenarnya terjadi tanpa menutupi kebenaran," kata ibu Honoka, Omoto Yukie, dilansir dari Arama Japan, Rabu (31/10).
Presiden H Project, Sasaki Takahiro turut berduka cita atas kepergian Honoka. Dia menyampaikan penyesalan mendalam kepada awak media dalam sebuah konferensi pers karena tidak dapat menyelamatkan Honoka.
"Meski demikian, beberapa tuduhan yang disebutkan keluarga sama sekali tidak benar," katanya.
Honoka bergabung dengan H Project pada Juli 2015. Untuk membuktikan jam kerja Honoka berlebihan, keluarga menyatakan Honoka bekerja lebih dari 10 jam sehari selama setahun terakhir, dari pagi hingga larut malam.
Enoha Girls selain bernyanyi juga aktif dalam kegiatan kampanye pertanian, yaitu mempromosikan industri pertanian Prefektur Ehime ke seluruh Jepang. Menurut keluarga, Honoka ingin meninggalkan Enoha Girls setelah kesulitan menyeimbangkan kehidupannya sebagai anggota grup idola dan siswa.
Honoka sempat mengungkapkan hal ini kepada manajemen H Project, namun justru ditanggapi kasar. Keluarga masih menyimpan sebuah pesan melalui aplikasi ponsel. "Serius, aku akan memukulmu jika masih menyebut omong kosong seperti itu lagi," demikian isi pesan.
H Project awalnya berjanji akan membiayai sekolah Honoka di SMA baru. Namun, niat tersebut diurungkan begitu Honoka ingin keluar dari grup. Menurut keluarga, H Project juga memberi tahu Honoka bahwa dia harus membayar perusahaan 100 juta yen atau Rp 13,43 miliar jika tetap ingin berhenti.