Selasa 30 Oct 2018 04:55 WIB

Hotel Kapsul Mulai Diminati Industri Pariwisata

Bisnis pariwasata semuanya adalah soal rasa.

Pekerja beraktivitas di hotel kapsul yang berada di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (2/8). PT Angkasa Pura II (Persero) menghadirkan fasilitas hotel kapsul untuk para penumpang dengan kisaran harga Rp250.000 sampai Rp375.000 per kapsul.
Foto: Rivan Awal Lingga/Antara
Pekerja beraktivitas di hotel kapsul yang berada di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (2/8). PT Angkasa Pura II (Persero) menghadirkan fasilitas hotel kapsul untuk para penumpang dengan kisaran harga Rp250.000 sampai Rp375.000 per kapsul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar hotel dengan konsep kapsul mulai diminati di industri pariwisata Indonesia karena menyajikan keunikan. "Kamar kapsul menjadi keunikan tersendiri bagi industri pariwisata di Indonesia dan juga mulai digemari kalangan personal. Kamar kapsul juga kian banyak digunakan di berbagai tempat penginapan dan apartemen," kata Direktur di perusahaan distributor produk Capsule Indonesia, Hianto dalam pameran Hospitality Indonesia 2018 di JIExpo, Kemayoran Jakarta, Senin (29/10).

Dalam siaran persnya, Hospitality Indonesia 2018 juga dihadirkan produk hotel kapsul milik Capsule Indonesia. Pengunjung pameran bisa mencoba langsung pengalaman menginap di hotal kapsul bertema spaceship yang berukuran 2,3 x 1,3 meter.

Hotel kapsul sudah dikembangkan oleh beberapa pengelola bisnis perhotelan di Indonesia. Salah satu hotel kapsul berada di Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten yang tersedia dalam 120 kamar. Untuk menginap di hotel kapsul Digital Airport Hotel, masyarakat sudah bisa memesannya via online.

photo
Calon penumpang beristirahat di tempat tidur kapsul atau capsul hotel yang disediakan PT Pelindo Properti Indonesia di Terminal Gapura Surya Nusantara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.

Pada Hospitality Indonesia 2018 juga digelar seminar yang membahas potensi dan peluang industri hospitality (pelayanan), termasuk perhotelan. "Desain hotel bukan tergantung dari tren tetapi kualitas dan daya tahan hotelnya sendiri, minimal setelah lima tahun bisa dilihat ketinggalan zaman atau tidak. Tren hotel juga dilihat dari pasar dan segmen masing-masing hotel," ujar Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia Lea Aviliani Aziz.

Pemilik Trivium Design Group, Rudy Dodo mengatakan bisnis pariwasata semuanya adalah soal rasa, bagaimana industri bisa mendesain dan menjual rasa dengan baik. "Apa pun yang mau kita desain, sebetulnya intinya satu, menjual rasa. Semisal ke Bali ya rasa Bali, pantai ya rasa pantai. Apapun yang terjadi nanti beyond 2025, tetap rasanya yang dijual. Everything is possible karena hospitality itu jualan rasa," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement