REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Maskapai penerbangan internasional yang berbasis di Hong Kong, Cathay Pacific mengaku telah diretas, Rabu (24/10). Peretasan tersebut mengakibatkan kebocoran data hingga 9,4 juta penumpang. Data yang bocor termasuk data pribadi dan riwayat perjalanan penumpang.
Cathay Pacific mengakui sistem komputernya bobol tujuh bulan yang lalu. Data penumpang yang bocor, termasuk nomor telepon, tanggal lahir, nomor keanggotaan penumpang, nomor paspor dan nomor ID pemerintah, serta informasi tentang perjalanan lalu lintas penumpang.
Maskapai ini mengatakan sebanyak 27 nomor kartu kredit, bukan kode keamanannya, telah bocor, antara lain 403 nomor kartu kredit yang habis masa berlakunya. Dilansir di New York Times, Jumat (26/10), perusahaan menjamin tidak ada kata sandi yang diretas. Peretasan ini juga tidak akan memengaruhi operasi penerbangan atau keselamatan.
"Keselamatan dan keamanan penumpang kami tetap menjadi prioritas utama kami," kata Direktur Cathay Pacific Rupert Hogg.
Kekuatan ekonomi Asia telah tumbuh selama setengah abad terakhir. Cathay telah menjadi operator utama di kawasan ini, yang dikenal secara global untuk layanan pelanggannya.
Tahun lalu, maskapai ini membawa hampir 35 juta penumpang ke sekitar 200 tujuan di lebih dari 50 negara atau wilayah. Tetapi peretesan ini cukup menyulitkan bagi perusahaan yang didukung China Air sebagai pemegang saham utama ini.
Cathay menghadapi persaingan yang semakin ketat di kawasan ini dari maskapai berbiaya rendah dan pesaing lainnya, dan telah kehilangan uang selama dua tahun terakhir. Sahamnya jatuh dalam perdagangan Hong Kong pada Kamis kemarin.
Di era perlindungan data, kebocoran data penumpang Cathay sebetulnya tidak terlalu menonjol dalam skalanya. Maskapai ini mengatakan dalam pengajuan dengan Bursa Saham Hong Kong, sekitar 860 ribu nomor paspor dan 245 ribu nomor kartu identitas Hong Kong telah diekspos.
Peretasan ini mengingatkan kita pada pelanggatan keamanan yang yang juga dialami Facebook. Teranyar, pada bulan lalu, sedikitnya 50 juta akun pengguna juga bocor. Namun, jenis informasi pada sistem Cathay lebih lengkap, mulai dari nama, ulang tahun, jadwal perjalanan dan rincian paspor yang bisa disalahgunakan untuk mereset kata sandi atau mendapatkan informasi keuangan pribadi.
Bulan lalu, British Airways juga menyatakan telah terjadi peretasan identitas pemesan penerbangan pada situs dan aplikasinya selama sekitar dua pekan di bulan Agustus dan September. Pelanggaran keamanan itu mengungkap detail pribadi dan keuangan, namun, tidak memberikan informasi perjalanan atau paspor.
Ada lagi, Delta Airlines yang di awal tahun ini mengalami kebocoran data informasi pembayaran pelanggan. Maskapai menyediakan obrolan online, tetapi tidak ada perincian paspor pelanggan yang diretas.