Rabu 24 Oct 2018 06:14 WIB

ASI Eksklusif Bisa Jadi KB Alami, Benarkah?

ASI sebagai kontrasepsi tak lagi efektif jika bayi memerlukan makanan pendamping.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolanda
Pil KB atau pil kontrasepsi.
Foto: Pixabay
Pil KB atau pil kontrasepsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ASI memiliki kandungan gizi yang sangat sempurna bagi tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu, para ibu disarankan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka selama empat sampai enam bulan.

Terlepas dari banyaknya manfaat bagi bayi, ASI eksklusif juga dapat memberi beragam manfaat bagi ibu. Salah satunya adalah menjadi metode kontrasepsi alami.

"Bagaimana menyusui bisa dimanfaatkan untuk kontrasepsi?" ujar spesialis obstetri dan ginekologi dari Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi FKUI-RSCM Dr dr Andon Hestiantoro SpOG(K) mengawali penjelasannya dalam diskusi kesehatan bersama Bayer, di Jakarta, belum lama ini.

Untuk menyusui, lanjut Andon, dibutuhkan hormon bernama prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh otak dan berfungsi untuk memancarkan ASI keluar dari payudara.

 

Andon mengatakan, produksi hormon prolaktin berkaitan dengan kegiatan bayi menghisap ASI. Saat bayi menghisap ASI, kadar prolaktin pada ibu akan semakin meninggi.

Di saat yang sama, hormon Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) akan tertekan menjadi lebih rendah. Kedua hormon ini dikenal sebagai hormon kesuburan.

"FSH dan LH rendah, estrogen rendah, sel telur tidak bisa berkembang, di situlah," lanjut Andon.

Andon mengatakan hanya ada satu syarat agar kegiatan menyusui dapat dimanfaatkan sebagai metode kontrasepsi alami. Syarat tersebut adalah memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi. Andon menyarankan ibu untuk siap siaga memberikan ASI kapanpun bayi membutuhkan. Pemberian ASI eksklusif ini biasanya berlangsung selama empat hingga enam bulan.

"Kalau di atas empat bulan, sudah disusui tetap rewel lapar terus, ini tanda bayi memerlukan MPASI, di situ mulai tidak efektif (ASI sebagai kontrasepsi alami)," jelas Andon.

Selepas ASI eksklusif, ibu tetap disarankan memberikan ASI kepada bayi disertai dengan MPASI. Di masa ini, Andon mengatakan ibu menyusui bisa memanfaatkan pil KB sebagai alat kontrasepsi.

Pil KB, lanjut Andon, secara umum ada dua macam, yaitu pil KB yang hanya mengandung hormon progestin atau POP dan pil KB kombinasi yang terdiri dari estrogen dan progesteron. Andon mengatakan jenis pil KB yang cocok digunakan oleh ibu menyusui adalah pil KB POP.

Dalam keadaan tidak menyusui, Andon mengatakan pil KB kombinasi lebih disarankan karena siklus menstruasi tetap teratur dan tidak menyebabkan nyeri haid. Hanya saja, Andon mengatakan pil KB kombinasi dapat membuat produksi ASI berkurang.

"Jadi tidak dianjurkan yang kombinasi selama menyusui, apalagi saat menyusui eksklusif," papar Andon.

Yang perlu diketahui, penggunaan pil KB POP dapat menyebabkan beberapa efek seperti siklus menstruasi yang tidak teratur. Terkadang, perempuan yang menggunakan pil KB POP tidak mengalami menstruasi atau hanya mengalami bercak saja. Efek ini, lanjut Andon, hanya bertahan selama tiga hingga enam bulan saja.

"Setelah itu akan kembali normal, efek sampingnya tidak lama-lama," terang Andon. 

Baca juga, Enam Manfaat KB Untuk Kesehatan Perempuan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement