Rabu 24 Oct 2018 03:21 WIB

Duduk, Berdiri dan Berjalan Ternyata Pengaruhi Daya Ingat

Pola hidup minim aktivitas berdampak negatif pada otak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolanda
 Seorang wanita lari pagi di depan gedung pencakar langit di kawasan Marina Dubai.  (AP/Kamran Jebreili)
Seorang wanita lari pagi di depan gedung pencakar langit di kawasan Marina Dubai. (AP/Kamran Jebreili)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa olahraga dapat memberi manfaat bagi fungsi kognitif. Dan sebaliknya, pola hidup sedentari yang minim aktivitas fisik dapat memberi pengaruh negatif bagi otak.

Salah satu contohnya, sebuah penelitian yang digelar tahun lalu menunjukkan bahwa berjalan kaki sebanyak empat ribu langkah per hari dapat meningkatkan fungsi kognitif pada orang dewasa. Penelitian lain menunjukkan bahwa terlalu banyak duduk dapat membahaykan lobus temporal, sebuah area pada otak yang memainkan peran penting dalam memproses ingatan dan bahasa.

Belum lama ini, penelitian terbaru dalam British Journal of Psychology juga mengungkapkan fakta baru mengenai pengaruh duduk, berdiri dan berjalan terhadap memori kerja visual seseorang. Selama penelitian, tim peneliti menggunakan alat bernama electroencephalography (EEG) untuk memantau aktivitas otak 24 partisipan.

Seluruh partisipan diminta untuk menjalani tugas yang berkaitan dengan daya ingat dalam empat kondisi. Keempat kondisi tersebut adalah duduk di sepeda statis, mengayuh sepeda statis, berdiri di treadmill dan berjalan kaki di treadmill.

Ketua Peneliti Thomas Tollner mengungkapkan bahwa kondisi diam, berdiri, mengayuh sepeda hingga berjalan kaki memiliki pengaruh yang cenderung berbeda bagi memori kerja visual. Tollner menyatakan memori kerja visual berkerja paling baik saat partisipan bergerak mengayuh sepeda statis maupun berjalan kaki dibandingkan hanya diam berdiri atau duduk.

Tollner dan tim peneliti mengatakan gerakan aerobik akut ini dapat mempengaruhi kinerja kognitif otak baik saat dilakukan maupun setelah dilakukan. Namun efek gerakan aerobik akut ini terhadap kinerja eksekutif otak masih belum begitu diketahui.

"Meskipun masayarakat modern telah berevolusi menjadi semakin sedentari, otak kita mungkin tetap melakukan kinerja terbaik saat tubuh bergerak aktif," ungkap Tollner. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement