REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkap fakta mengenai pencemaran mikroplastik pada garam. Penelitian oleh ilmuwan Korea Selatan dan Greenpeace East Asia mengungkap 90 persen garam meja dari sampel di seluruh dunia terpapar mikroplastik.
Dari 39 merk garam yang diuji, 36 di antaranya mengandung mikroplastik. Dengan menggunakan data dari penelitian sebelumnya, studi baru ini adalah yang pertama kalinya mengungkap hubungan antara pencemaran mikroplastik di laut dengan garam meja.
"Temuan itu menunjukkan hubungan erat antara adanya mikroplastik di pencernaan manusia yang disebabkan oleh produk yang berasal dari laut di area tertentu," kata peneliti dari Incheon National University Seung-Kyu Kim dilansir dari National Geographic, Rabu (17/10).
Sampel garam diambil dari 21 negara di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Afrika, dan Asia. Tiga merk garam yang bebas kandungan mikroplastik berasal dari Taiwan (garam laut yang dimurnikan), Cina (garam batu yang dimurnikan), dan Perancis (garam laut yang diproduksi lewat evaporasi matahari).
Hasil studi yang sudah dipublikasikan di jurnal Enviromental Science & Technology ini menunjukkan perbedaan kandungan mikroplastik yang mencengangkan antar merk. Kabar buruknya, garam yang tercemar mikroplastik didominasi merk-merk asal Asia. Kandungan tertinggi mikroplastik ditemukan pada garam yang dijual di Indonesia.
Asia adalah punya catatan buruk dalam hal polusi plastik di laut. Dalam studi terpisah pada 2015 silam, Indonesia mendapat predikat sebagai negara kedua terburuk yang menghadapi polusi plastik.
Kandungan mikroplastik paling banyak ditemui pada garam laut, garam air danau, dan garam batu. Sherri Mason, profesor di State University of New York juga menyelenggarakan penelitian lain mengenai garam yang berkolaborasi dengan ilmuwan dari University of Minnesota.
"Temuan bahwa garam di Asia punya kadar mikroplastik paling tinggi itu sangat menarik. Penelitian terdahulu menemukan jejak yang sama tapi belum diketahui seberapa banyak kandungannya," jelas Mason. Menurutnya hasil studi teranyar ini akan melengkapi puzzle mengenai penelitian terkait mikroplastik.