Jumat 19 Oct 2018 15:18 WIB

Kemenpar Belum akan Tambah Destinasi Wisata Halal

Pemerintah pilih fokus mengembangkan destinasi halal yang sudah ada.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Pemandu wisata memberikan penjelasan kepada turis mancanegara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (28/1). Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata halal Indonesia.
Foto: Republika/Putra M Akbar
Pemandu wisata memberikan penjelasan kepada turis mancanegara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (28/1). Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata halal Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Lokot Ahmad Enda mengatakan, pihaknya belum berencana menambah daftar destinasi wisata halal sampai 2019. Kemenpar akan fokus terhadap daerah-daerah yang sudah ada, di antaranya Lombok, Aceh dan Bandung.

Lokot yang juga menjabat sebagai Sekretaris Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal menuturkan, Kemenpar akan menggelar evaluasi terlebih dahulu terkait destinasi wisata halal. Evaluasi dilakukan bersama sejumlah pemangku kepentingan, termasuk pelaku usaha. "Kami adakan diskusi dan evaluasi bersama untuk melihat apa saja kekurangan selama ini," ucapnya, Jumat (19/10).

Lokot menambahkan, Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal telah melakukan kategorisasi destinasi wisata halal ke dalam Top 5 dan Top 7. Ini dilakukan sebagai bagian dari strategi pengembangan destinasi wisata halal. Top 5 diisi oleh daerah Lombok, Sumatera Barat, Aceh, Jakarta, dan Jawa Barat, sementara Top 7 diikuti oleh Kepulauan Riau dan Jawa Timur.

Lokot mengatakan, fokus pemerintah terhadap wisata halal sudah tidak dapat diragukan. Kemenpar menargetkan, Indonesia dipandang sebagai negara tujuan wisata halal pertama di dunia pada 2019. "Kalau menurut Global Muslim Travel Index 2018, kita ada di posisi kedua. Tahun depan, ditargetkan bisa di posisi satu," tuturnya.

Kemenpar menargetkan, wisatawan mancanegara untuk tujuan destinasi halal tahun ini dapat mencapai 3,8 juta kunjungan. Angka ini naik sekitar 35 persen dari pencapaian tahun 2017, yakni 2,8 juta kunjungan. Menurut Lokot, optimisme peningkatan berangkat dari halal yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Muslim ataupun non-Muslim.

Lokot mengakui, Indonesia masih tertinggal dari Malaysia untuk wisata halal. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, dibutuhkan perbaikan standar layanan umum ke wisatawan asing dan sertifikasi layanan, dari kuliner sampai penginapan. Tapi, sertifikasi ini masih belum banyak diminati pelaku usaha, seperti pemilik resto maupun hotel.

Sementara itu, Vice President Market Development Mastercard Davesh Kuwedekar menjelaskan, pasar perjalanan halal merupakan salah satu segmen perjalanan yang mengalami pertumbuhan paling cepat secara global. "Kedatangan wisatawan Muslim mewakili sekitar 10 persen dari keseluruhan industri perjalanan global pada 2017," ucapnya dalam siaran pers.

Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, yang dirilis pada April 2018 menegaskan, pasar perjalanan Muslim akan terus mengalami pertumbuhan yang cepat hingga mencapai 300 miliar dolar AS pada 2026. Penelitian CrescentRating juga menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen wisatawan Muslim adalah Generasi Milenial ataupun Generasi Z.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement