REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kopi Indonesia digemari masyarakat Eropa. Ini terbukti dari raihan transaksi potensial Indonesia sebesar 14,6 juta dolar AS atau sekitar Rp 221 miliar dalam pameran Coffee, Tea and Cocoa (COTECA) 2018 di Hamburg, Jerman, pada pekan lalu.
Pada pameran ini, Paviliun Indonesia dikunjungi sekitar 500 orang yang berasal dari 36 negara. Termasuk di antaranya Austria, Nepal, Prancis dan Italia. Keterlibatan Indonesia dalam pameran COTECA 2018 merupakan hasil partisipasi dari Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hamburg.
“Ini keikutsertaan Indonesia yang kelima kalinya sejak 2010,” ucap Kepala ITPC Hamburg, Risnawaty, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (19/10).
Menikmati Secangkir Kopi dan Embusan Angin Sepoi
Pada pameran COTECA, Paviliun Indonesia berdiri di atas lahan seluas 91 meter persegi dan mengangkat tema 'Trade with Remarkable Indonesia dan Remarkable Indonesian Coffee'. Paviliun Indonesia menampilkan produk kopi, kakao, teh, dan produk organik dengan jumlah peserta sebanyak tujuh perusahaan, yaitu PT Shriya Artha Nusantara, PT Perkebunan Nusantara VIII, Mutigo, DPKUKM Kabupaten Cilacap, PT Cahaya Anugerah Pertiwi, PT Mitra Kerinci, dan Intana Grafinusa.
Risnawaty mengatakan, banyaknya pengunjung dan permintaan prospektif membuktikan kemampuan Indonesia sebagai salah satu penghasil serta pengekspor produk pertanian kopi, teh, dan kakao. "Terlihat bahwa produk kita digemari pasar Jerman khususnya dan pasar Eropa umumnya," kata dia.
Produk kopi khas Indonesia yang ditampilkan di antaranya adalah kopi Arabica Bogor, Arabica Gayo, Arabica Garut dan Arabica Toraja. Sedangkan untuk produk teh, Paviliun Indonesia menampilkan berbagai macam jenis teh seperti teh hitam, teh hijau, dan teh putih.
Tidak hanya pameran, Paviliun Indonesia juga mengadakan kegiatan cicip kopi dan cicip teh selama pameran berlangsung. Pada acara tersebut, pengunjung yang datang ke pameran antusias untuk mencoba produk teh dan kopi dari Indonesia.
Risnawaty berharap, melalui pameran COTECA ini, produk kopi, teh, dan kakao Indonesia semakin dikenal dan digemari masyarakat Uni Eropa, khususnya Jerman. "Jangka panjangnya, pameran dapat membantu dalam peningkatan ekspor produk tersebut," katanya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi, pertumbuhan konsumsi produk kopi olahan di dalam negeri meningkat rata-rata tujuh persen per tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan masyarakat kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia.
Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan, sebagai negara beriklim tropis, Indonesia merupakan lokasi yang cocok untuk budidaya kopi. Karenanya, pembudidayaan dan pengelolaan specialty coffee Indonesia merupakan langkah strategis yang harus terus dikembangkan. "Saat ini, Indonesia sudah banyak memiliki jenis specialty coffee yang tidak ada di negara lain," kata dia.
Gati menjelaskan, pengembangan kopi khusus tidak hanya bisa dilakukan pengusaha skala besar, juga oleh IKM. Asalkan, pelaku IKM mampu menjaga kualitas bahan baku dan proses pengolahannya. Hal-hal inilah yang menjadi kekuatan yang perlu dimanfaatkan bagi para pelaku IKM untuk terus meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka dalam industri pengolahan kopi.