Kamis 18 Oct 2018 12:41 WIB

Kelahiran Prematur Wanita Latin Naik Usai Trump Menjabat

Kelahiran prematur pada perempuan Latin naik naik dari 7,3 persen menjadi 8,4 persen.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ani Nursalikah
Bayi prematur
Foto: irishprematurebaby.com
Bayi prematur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imigran Latin di New York City mengalami lonjakan kelahiran prematur. Menurut peneliti dari departemen kesehatan kota mengatakan peningkatan ini mungkin terkait dengan kemenangan mengejutkan oleh Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016.

Penelitian yang dirilis Rabu (17/10) oleh departemen kesehatan dan Harvard TH Chan School of Public Health membandingkan kelahiran di kota pada bulan-bulan sebelum Trump memenangkan pemilu dari September 2015 hingga Juli 2016, dengan kelahiran di bulan setelah ia diresmikan dari Januari hingga Agustus 2017.

Tak ada perubahan pada bayi yang lahir prematur atau sebelum 37 minggu kehamilan di antara wanita kelahiran Amerika. Namun, di kalangan wanita kelahiran luar negeri, angka tersebut meningkat dari 6,7 persen menjadi tujuh persen.

Lompatan terbesar adalah di antara imigran Latin, terutama yang lahir di Meksiko dan Amerika Tengah, yang tingkatnya naik dari 7,3 persen menjadi 8,4 persen. Studi ini adalah yang pertama untuk melihat efek dari kampanye presiden AS dan pemilihan pada kelahiran prematur.

Peneliti mengatakan stres berat, termasuk stres sosial dan politik yang terkait dengan retorika dan kebijakan publik yang bermusuhan dapat berkontribusi pada wanita yang melahirkan lebih awal. Mereka mengutip lonjakan dalam kejahatan kebencian setelah pemilihan sebagai sumber stres lain. Serangan terhadap Muslim di AS meningkat tajam dan permusuhan terhadap Latin naik juga.

"Analisis ini menyoroti bagaimana stres yang disebabkan oleh rasialisme dan diskriminasi dapat menyebabkan kelahiran prematur, yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayi," kata komisaris kesehatan kota Oxiris Barbot.

Selama periode yang diteliti, tingkat kelahiran prematur secara keseluruhan di kota meningkat dari tujuh persen menjadi 7,3 persen. Perempuan kulit hitam memiliki tingkat kelahiran prematur tertinggi dengan 10,3 persen, tetapi tingkat tidak berubah untuk perempuan kulit hitam atau kulit putih.

“Hasilnya menunjukkan perubahan dalam tingkat keparahan stres sosiopolitik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dari populasi yang ditargetkan dan dampak kesehatan ini menjamin pemantauan kesehatan masyarakat,” kata studi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement