Kamis 18 Oct 2018 10:29 WIB

Membaca Keberagaman Muslim Lewat Madani Film Festival

Festival terbuka untuk umum dan gratis.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ani Nursalikah
Potongan adegan dalam film Rindu Kami Padamu.
Foto: Madani Film Fest
Potongan adegan dalam film Rindu Kami Padamu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madani Film Festival digelar perdana di Indonesia mulai 17-21 Oktober 2018. Belasan film mengenai keberagaman Muslim dari berbagai belahan dunia bisa disimak di sejumlah lokasi pemutaran film di Jakarta.

Krisnadi Yuliawan selaku pengarah festival mengatakan, sinema yang ditayangkan memperlihatkan perjuangan, harapan, ketakutan, serta keindahan hidup komunitas Muslim. Film berasal dari Indonesia, Bosnia, Thailand, Mali, Suriah, Prancis, dan Kanada.

Baca Juga

"Festival memang menampilkan film yang berfokus pada kisah-kisah yang berakar dari nilai-nilai Islam, tetapi ada yang tersirat di baliknya, yaitu mengenai kemanusiaan," ungkap Krisnadi pada malam pembukaan Madani Film Festival di Djakarta Theater XXI, Rabu (17/10) petang.

Film arahan sutradara Bosnia, Aida Begic, yang berjudul Never Leave Me, dipilih sebagai film pembuka. Sinema berdurasi 96 menit itu menceritakan anak-anak pengungsi Suriah yang tinggal di panti asuhan, juga perjuangan mereka beradaptasi dan mengatasi kesedihan.

Sederet judul lain yang sayang dilewatkan antara lain The Island Funeral, Timbuktu, Fatima, Giraffada, dan My Sweet Pepper Land. Beberapa film dari Tanah Air termasuk Bid'ah Cinta, Mencari Hilal, dan Titian Serambut Dibelah Tujuh.

Krisnadi menyampaikan, keseluruhan festival terbuka untuk umum dan gratis. Penikmat film yang tertarik menonton bisa menyimak jadwal lengkap penayangan di situs resmi festival atau media sosial, lantas mengambil tiket satu jam sebelum film diputar.

Pemutaran film dan diskusi dengan sineas berlangsung di Djakarta Theater XXI, IFI Thamrin, Kineforum, Binus Alam Sutera, dan Binus JWC Senayan. Krisnadi berharap, penikmat film dari segala kalangan dan latar belakang bisa menikmati Madani Film Festival.

"Dengan menyimak film-film ini, penonton bisa menikmati semacam jeda untuk lebih 'mendengar'. Kami berusaha membuat ruang bagi cerita-cerita yang sebelumnya tidak muncul dan jarang diceritakan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement