REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris senior Christine Hakim menjadi salah satu sosok sentral dalam film Dancing in the Rain. Dia berperan sebagai Eyang Uti, nenek dari Banyu yang menyandang autisme.
"Jujur yang membuat saya termotivasi menerima peran di film ini karena bercerita tentang anak berkebutuhan khusus yang sudah menjadi concern saya selama bertahun tahun," kata perempuan 61 tahun kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, itu.
Peran Christine menyiratkan cinta tulus tanpa pamrih untuk cucu tersayangnya. Sejak kecil, Banyu yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sangat tergantung pada sang nenek yang dia panggil Eyang Uti.
Berkat kesabaran Eyang Uti, Banyu bisa tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan cemerlang. Hal itu dianggap sangat membanggakan bagi Christine, meski dirinya tidak memiliki anak dan cucu di kehidupan sebenarnya.
Dalam film, Christine banyak beradu akting dengan pemeran Banyu kecil dan dewasa, Gilang Olivier dan Dimas Anggara. Eyang Uti pun sering bertukar cerita dengan tetangga sekaligus sahabatnya, Eyang Widya, yang diperankan aktris Niniek L Karim.
Ada juga tokoh antagonis Katrin, yang diperankan Djenar Maesa Ayu. Ibu dari Radin itu tidak suka putranya bersahabat dengan Banyu karena kondisinya yang berbeda. Dengan berbagai cara, dia berusaha memisahkan mereka.
Djenar mengatakan, peran sebagai Katrin cukup menantang baginya. Sebab, kepribadian serta sikap buruk Katrin sangat bertentangan dengan apa yang selama ini dia percayai dan lakoni di kehidupan sehari-hari.
"Namun ini hal yang penting diketahui banyak orang. Sangat disayangkan jika semua konflik yang digambarkan dalam film ini masih ada di masyarakat. Stop bullying and stop judging," kata penulis buku Mereka Bilang, Saya Monyet! itu.