Ahad 14 Oct 2018 15:18 WIB

Komedian Abdel and Gank Siap Luncurkan 'Anak Pancong'

Buku ini berkisah tentang tongkrongan Abdel dan teman-temannya.

Abdel Achrian
Foto: istimewa/youtube.com
Abdel Achrian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komedian Abdel Achrian bersama dengan teman-teman tongkrongannya semasa SMA akan meluncukan buku Anak Pancong pada Sabtu 20 Oktober. Buku itu berkisah tentang tongkrongan Abdel bersama teman-temannya di warung kopi di seputaran Terminal Rawamangun pada era pertengahan 1980-an sampai pertengahan 1990-an.

“Orang di balik penerbitan buku ini sih dua orang kakak kelas gue, tetapi kebetulan gue dulu satu tongkrongan dengan mereka. Gue kebagian nyumbang tulisan juga” kata Abdel dalam siaran persnya, Ahad (14/10).

Abdel kemudian menyebut  bahwa buku dengan tebal lebih dari 250 halaman itu disunting oleh seorang jenderala bintang satu serta  wartawan senior yang sempat bekerja di koran ekonomi dan bisnis nomor satu di Indonesia. Dia kemudian memberikan gambaran tentang bagaimana seriusnya penggarapan buku tersebut.

“Buku Anak Pancong ini digarap serius. Bisa dilihat kan dari penyuntingnya? Jenderal bintang satu sama wartawan senior! Terus, yang kasih endorse di buku itu gubernur, seniman yang mantan gubernur, komika papan atas, dan host acara terkenal di TV. Selain kita, ada direktur BUMN besar dan pejabat di kementerian yang nyumbang tulisan. Mereka semua itu Anak Pancong,” ungkapnya.

Bagi komedian senior ini, tongkrongan Anak Pancong menjadi salah satu tempat yang menempa dirinya termasuk mengasah kemampuan untuk melemparkan kelucuan-kelucuan yang amat berguna bagi kariernya sekarang ini.  “Temen gue banyak yang lucu-lucu, bahkan mungkin lebih lucu dari gue.”

Tongkrongan Abdel itu disebut Anak Pancong karena memang mereka nongkrong di warung kopi yang juga jual kue pancong. Lokasinya persis di sebelah Terminal Rawamangun, Jakarta Timur. “Tapi sekarang warungnya udah gak ada.”

Salah satu tulisan di buku itu menceritakan bagaimana Abdel semasa SMA sempat ngamen dari rumah ke rumah di seputaran Rawamangun bersama teman-temannya. Menurut dia, uang bukan jadi tujuan utama mengapa mereka mengamen.

“Temen gue banyak yang kaya. Kayaknya bukan uang deh yang kita cari waktu itu. Kebetulan, Anak Pancong banyak yang suka musik. Ngamen mungkin salah satu cara kita ngetes mental kali ya,” kata Abdel.

photo
Buku Anak Pancong

Hubungan Anak Pancong dengan pemilik kedai kopi tempat mereka nongkrong—biasa dipanggil Babeh dan Ibu Sami— juga begitu mendalam. Keduanya kini sudah meninggal dunia.

“Babeh dan Ibu Sami sudah seperti orang tua sendiri. Bayangin, temen-temen gue sampai beliin sawah buat Ibu Sami di kampungnya di Brebes sana. Ketika beliau meninggal, abang gue khusus datang dari Jakarta ke sana ngewakilin anak-anak.”

Pertemanan Anak Pancong, menurut Abdel, terus berlangsung sampai sekarang. Mereka masih suka kumpul-kumpul. Lucunya, Abdel nongkrong bareng dengan kakak lelakinya di warung pancong itu.

“Buku ini buat kenang-kenangan kita dan juga anak-anak kita, biar tahu gimana dulu bapaknya nongkrong semasa remaja,” tutup Abdel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement