Selasa 09 Oct 2018 06:53 WIB

Teddy Soeriaatmadja Kembali Lewat Film Menunggu Pagi

Menunggu Pagi diangkat dari gempita budaya pesta anak muda ibu kota.

Rep: MGROL 106/ Red: Indira Rezkisari
Para pemain film Menunggu Pagi ditemui di gala premier, Senin (8/10) malam.
Foto: MGROL 106
Para pemain film Menunggu Pagi ditemui di gala premier, Senin (8/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesialan Bayu (diperankan oleh Arya Saloka) didasarkan pada dua hal yang secara langsung dan tidak langsung memiliki ikatan dengan dirinya. Siapa yang akan menyangka, dompet birunya yang dititipkan pada Adi (Bio One) akan membuatnya terkena getah dari kelakuan teman-temannya sesaat sebelum mereka hendak menghadiri Djakarta Warehouse Project (DWP). Belum lagi bagaimana sebuah ajakan dari seorang wanita bernama Sara (Aurelie Moremans) hampir membuatnya bernasib semakin sial.

Apa yang Bayu ingin lakukan hanyalah menjaga toko kecil miliknya. Meski sudah berkali-kali diajak menghadiri sebuah acara musik terbesar di Indonesia oleh teman-temannya, Adi, Rico (Arya Vasco), dan Kevin (Raka Hutchison), tetapi Bayu tetap bersikeras untuk tidak hadir. Kala itu, dia yang tengah sibuk membereskan beberapa vinyl yang dijual terpaksa harus memberikan dompetnya pada Adi agar dia tidak mengganggu sebuah pembicaraan antaranya dirinya dengan Kevin.

Dompet yang dipegang Adi awalnya memang hanya untuk membeli dua bungkus rokok agar dia tidak kekurangan uang, tapi ternyata dompet yang lupa dikembalikan tersebut malah menuntun segerombolan lelaki mengejar Bayu. Bahkan terdapat beberapa adegan kejar-kejaran mobil layaknya sebuah adegan dalam film Tokyo Drift versi Indonesia.

Sara sudah tiga tahun menjalin hubungan dengan seorang DJ (Mario Lawalata). Namun semua itu kandas ketika si lelaki tertangkap basah sedang bercumbu dengan wanita lain di apartemennya. Tepat di hari perayaan hubungan mereka yang sudah berjalan tiga tahun, Sara harus memutuskan lelaki yang tengah terjerat masalah dengan seorang bandar narkoba. Sara yang mengetahui bahwa mantan kekasihnya sedang kesulitan segera mengambil suatu barang yang penting demi pembalasan dendam.

Sara yang saat itu sedang patah hati segera berkunjung ke tempat kerja Kevin untuk mengambil dua tiket festival musik. Akan tetapi, Kevin yang kala itu sedang pergi untuk bersiap-siap menghadiri festival musik tersebut, harus menitipkan tiket Sara ke Bayu. Momen pertemuan antara Sara dan Bayu, meski sangat klise, tetapi mampu membawa kesan-kesan nostalgia kepada pada penonton yang mungkin pernah mengalaminya.

Toko kecil yang menjual vinyl tersebut rasanya seperti hanya dimiliki oleh Sara dan Bayu. Meski keduanya baru kenal, tetapi Bayu merasakan suatu koneksi antara dirinya dan Sara.

Menunggu Pagi merupakan sebuah film 17 tahun ke atas. Meski berfokus pada kehidupan anak muda metropolitan, tetapi film ini juga menitik beratkan pada problematika kehidupan malam sebagian dari mereka. Tidak hanya pertengkaran dan romansa, tetapi juga mengenai pembuatan keputusan yang dapat mengantarkan mereka pada sesuatu yang mungkin dapat membuat mereka terkena sial.

Kesialan-kesialan yang menimpa seluruh karakter dalam Menunggu Pagi dapat dibilang sebagai sebuah pembukaan mata terhadap mereka. Akibat kesialan yang mereka alami, mereka menjadi sadar bahwa setiap apa yang mereka lakukan memiliki risiko.

Selain itu, pengalaman yang mereka dapat akan hal tersebut membuat mereka semakin dewasa dalam pencarian jati diri. Hal ini terlihat dari salah satu adegan di mana Bayu sudah tidak lagi bergantung pada keputusan mantan kekasihnya, Nina (Putri Marino).

Film yang diproduksi oleh IFI Sinema ini disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja. Menunggu Pagi dapat dibilang sebagai film yang menandai aktifnya kembali Teddy dalam dunia perfilman. Setelah vakum untuk waktu yang cukup lama, sutradara yang karya-karyanya cukup terkenal seperti Banyu Biru dan Badai Pasti Berlalu ini tertarik untuk membuat film berdasarkan budaya pesta di Indonesia.

Ketika ditemui dalam acara gala premiere Menunggu Pagi di CGV Pacific Place, Jakarta, Teddy mengatakan bahwa dirinya sangat tertantang untuk membuat film bertemakan budaya pesta. “Negara (Indonesia) memiliki norma dan tradisi budaya yang sangat kuat. Namun, masih saja dapat menyelenggarakan salah satu festival musik terbesar dan paling banyak dibicarakan di dunia. Saya ingin terjun langsung ke ajang Djakarta Warehouse Project,” kata Teddy, Senin (8/10).

Menunggu Pagi mungkin akan sangat kena pada anak-anak muda metropolitan yang pernah mengalami hal-hal yang terjadi dalam film tersebut. Film ini mengajarkan bahwa apapun kesempatan yang diambil, manusia harus siap dengan segala konsekuensi yang datang, mau itu baik ataupun buruk. Jika mereka menghadapi suatu situasi yang diluar kendali, maka ada baiknya tetap tenang dan berpikir dengan jernih agar tidak bernasib sama seperti karakter yang diperankan oleh Mario Lawalata.

Menunggu Pagi akan segera tayang di bioskop Indonesia pada 11 Oktober 2018.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement