REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Serial televisi terkenal yang ditayangkan di saluran BBC, Bodyguard, dikritik feminis Islam. Kritikan tersebut disampaikan lantaran acara ini menayangkan stereotipe Muslimah sebagai pelaku pengeboman.
Ziba Mir-Hosseini, seorang penulis, sutradara, dan antropolog hukum, mengatakan bahwa ia menemukan plot dari drama tersebut benar-benar membingungkan. Meskipun dia menyukai seri tersebut, dia terkejut dengan cerita final di episode terakhir.
"Mengapa mereka harus menjadikan wanita ini, Nadia, yang begitu penakut, yang merupakan stereotip Muslimah, dan kemudian tiba-tiba dia berubah menjadi stereotip Muslimah lain, yang seorang jihadis," katanya ketika berbicara di Festival Sastra Cheltenham, dilansir Independent, Ahad (7/10).
"Acara itu benar-benar membuat saya bingung. Mengapa film seperti ini harus melakukan itu, yang benar-benar mengatakan banyak kepada kita tentang bagaimana citra Muslim dibuat dan diproyeksikan," tambahnya.
Karakter Nadia, yang dihentikan oleh tokoh utama drama, David Budd, dari meledakkan rompi bunuh diri di kereta dalam episode pembukaan, awalnya digambarkan sebagai wanita lemah yang ditindas oleh suaminya yang seorang teroris.
Pada akhir drama tersebut, Nadia dinyatakan sebagai insinyur terampil yang membuat bom yang menewaskan Menteri Dalam Negeri Julia Montague.
Nadia mengatakan kepada polisi: "Anda semua melihat saya sebagai seorang wanita Muslim yang miskin dan tertindas. Saya seorang insinyur. Saya seorang jihadi."
Mir-Hosseini mengatakan acara seperti Bodyguard tidak membantu perjuangan feminis Muslim menghadapi hari-hari mereka di seluruh dunia. "Feminis Islam menghadapi banyak perlawanan, terutama di negara-negara mayoritas Muslim. Ketika Anda berdebat untuk kesetaraan dalam keluarga, laki-laki merasa terancam dan itu seperti seluruh masyarakat akan runtuh," jelasnya.
"Anda juga menghadapi tuduhan bahwa Anda telah dicuci otak oleh Barat karena Anda meminta persamaan dan feminisme. Pada saat yang sama Anda menghadapi perlawanan dari para wanita Muslim yang melihat argumen untuk kesetaraan dan keadilan dalam Islam sebagai pengkhianatan," tuturnya menambahkan.