Senin 01 Oct 2018 16:02 WIB

Starbucks Ajak Konsumen Daur Ulang Ampas Kopi

Upaya daur ulang ampas kopi sebagai kompos dimulai dari daerah Bali.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Starbucks
Foto: AP Photo/Elaine Thompson
Starbucks

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Starbucks Indonesia mengajak konsumennya untuk melakukan daur ulang ampas kopi. Sepanjang bulan Oktober 2018, Starbucks memulai program "Grounds for Hope" yang memanfaatkan limbah ampas kopi untuk dimanfaatkan kembali.

Senior GM PR & Communications Starbucks Indonesia, Andrea Siahaan, menginformasikan bahwa uji coba program tersebut dimulai di Bali. Starbucks mengumpulkan ampas kopi yang terbuang dan mengirimkannya ke pihak luar yang akan mendaur ulangnya menjadi kompos.

"Bali adalah area dengan jumlah kedai terbanyak setelah Jabodetabek. Ini menjadikannya lokasi yang sesuai untuk peluncuran aksi besar Starbucks Indonesia sebelum nantinya diluncurkan dalam skala nasional," kata Andrea.

Dia berharap Starbucks dapat memperluas cakupan gerakan tersebut ke skala nasional setelah percobaan di Bali berjalan sukses. Dalam pelaksanaan program, Starbucks Indonesia berkolaborasi dengan Catalyze Communications Bali dan Bali Compost Crafters.

Selama ini sebenarnya pelanggan bisa meminta ampas kopi di setiap gerai Starbucks. Pelanggan cukup datang ke gerai dan mengatakan ingin meminta ampas kopi serta menyebut jumlahnya. Gerai biasanya tidak bisa memberikannya langsung, pelanggan bisa membuat janji untuk datang lagi beberapa jam kemudian dan mengambil ampas kopi. Starbucks tidak akan mengenakan biaya untuk ampas kopi.

Andrea menjelaskan, pihaknya juga memulai "Starbucks Greener Nusantara" yang mengganti perangkat makan dan minum menjadi material hijau sejak 1 Oktober 2018 di Bali. Pada 2002, Starbucks Indonesia telah berinovasi dengan peluncuran tas kertas ramah lingkungan.

Inisiatif besar lainnya termasuk program "Bring Your Own Tumbler" (BYOT) yang terus dilakukan pada tanggal 22 setiap bulan. Gerakan itu mendorong konsumen Starbucks membawa wadah minum sendiri guna mengurangi pemakaian cangkir plastik dan kertas.

"Melalui program BYOT, tahun lalu ada lebih dari 1,9 juta transaksi menggunakan tumbler yang dapat digunakan kembali. Ini membuat dampak yang signifikan pada pengurangan limbah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement