Senin 01 Oct 2018 07:05 WIB

Terima Email di Rumah Bikin Stres Meski tak Dibuka

Batasan kerja yang fleksibel sering berarti karyawan harus bekerja tanpa batasan

Rep: Sri Handayani/ Red: Esthi Maharani
email
email

REPUBLIKA.CO.ID, Membawa sisa-sisa pekerjaan ke rumah telah terbukti menambah risiko stres. Tak hanya itu, menanggapi email di rumah rupanya dapat meningkatkan risiko yang sama.

Sebuah penelitian menemukan bahwa memantau dan menanggapi email di luar jam kerja dapat meningkatkan stress. Survei itu diberi judul 'Membunuh Saya Perlahan: Pemantauan Komunikasi Elektronik dan Karyawan dan Kesejahteraan Pasangan'. Para responden merupakan karyawan.

"Kami mensurvei karyawan dan kami menemukan bahwa pemantauan yang sering atau harapan yang lebih tinggi untuk memantau email menyebabkan stres dalam bentuk kecemasan dan bahwa kecemasan berkontribusi terhadap kualitas tidur yang buruk dan laporan kesehatan dan kesehatan yang lebih rendah," kata William Becker, seorang profesor di Virginia Tech Pamplin College of Business dan rekan penulis studi ini.

Becker menemukan batasan kerja yang fleksibel sering berarti karyawan harus bekerja tanpa batasan. Setiap kali karyawan memeriksa email atau telepon untuk melihat apakah mereka memiliki email atau komunikasi lainnya, otak mereka bergeser kembali ke mode kerja.

"Jadi yang bisa terjadi adalah Anda bisa terjebak dalam mode kerja sepanjang waktu," kata dia.

Becker mengatakan dampak perilaku ini melampaui kesehatan pribadi dan kebahagiaan bagi pasangan dan keluarga. Kecemasan mempengaruhi kualitas tidur yang lebih rendah dan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih rendah.

CEO dan co-founder Xref Ltd, Lee Martin Seymour memiliki istri seorang pekerja. Ia mengaku keduanya harus belajar meluangkan waktu pribadi mereka.

"Kadang saya mencoba bercakap-cakap dengan istri, tapi dia melihat ke monitor. Kadang kita harus berkata dengan sopan, 'Ayo kita taruh dulu HP-nya,'" kata Seymour.

Hal itu tak hanya terjadi pada dirinya, tapi juga para karyawannya. Menurut Seymour, seseorang harus mampu mengatakan 'tidak'.

"Kadang saya matikan HP dan meninggalkannya di rumah. Jadi saya bisa benar-benar bersama anak-anak di akhir pekan,"ujar dia.

Namun, memisahkan diri dari tugas kantor diakui lebih sulit dipraktikan daripada diucapkan. Para mahasiswanya berharap segera mendapatkan respons. Sulit mengatakan bahwa jam kerjanya sudah selesai. Oleh karena itu, para pemimpin perusahaan punya tanggung jawab untuk tidak merepotkan karyawan di luar jam kerja.

"Kalau perusahaan tidak bertanggung jawab, para pekerja akan mulai kalang kabut dan perusahaan akan kehilangan sangat banyak uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement