Jumat 28 Sep 2018 16:00 WIB
Low Vision Goes to School

Yuk Kenali Apa, Mengapa, dan Bagaimana Low vision Itu?

Pancaran energi sinar biru dari gadget lebih tinggi dan menembus lebih dalam dari UV.

Kegiatan Low Vision Goes to School (LGTS) yang  diadakan Syamsi Dhuha Foundation (SDF)  bagian dari program Edukasi dan Sosialisai Care for Low Vision.
Foto: dok. Syamsi Dhuha Foundation
Kegiatan Low Vision Goes to School (LGTS) yang diadakan Syamsi Dhuha Foundation (SDF) bagian dari program Edukasi dan Sosialisai Care for Low Vision.

REPUBLIKA.CO.ID, Low Vision merupakan suatu kondisi mata yg tidak bisa diobati dengan tindakan operatif. Penyebabnya bisa  karena trauma pada mata, penyakit atau kelainan mata, bisa juga karena bawaan lahir. Yang dapat dilakukan dalam kondisi tersebut adalah perlunya program rehabilitasi seperti Orientasi Mobilitas, penggunaan alat bantu lihat, dan pemanfaatan teknologi seperti, komputer dan ponsel bicara, untuk dapat mempermudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari.  

Support yang baik dari lingkungan terdekat seperti keluarga, teman dan komunitas, dinilai sangat membantu untuk membangun semangat dan mempertahankan kebahagiaan bagi para penyandangnya. Untuk lebih mengenal akan hal itu, pada Jumat (21/9) pekan lalu, bertempat di Aula SMAN 5 Bandung, Syamsi Dhuha Foundation (SDF) mengadakan kegiatan Low Vision Goes to School (LGTS), bagian dari program Edukasi dan Sosialisai Care for Low Vision – SDF. 

photo
Kegiatan Low Vision Goes to School (LGTS) yang diadakan Syamsi Dhuha Foundation (SDF) bagian dari program Edukasi dan Sosialisai Care for Low Vision.

‘Apa, Mengapa & Bagaimana Low vision’ diuraikan secara apik oleh Dian Syarief (Ketua SDF) dan dr Tomi dari PMN RS. Mata cicendo, dengan dua sudut pandang yang berbeda tentunya.

Pemaparan Dian Syarief, lebih pada sisi pemaknaaan, ‘Bagaimana Hidup sebagai Low Vision’ dan ‘Bagaimana menjadi pendamping Low Vision’. Ternyata, menurut dia, penyandang dan pendamping harus memiliki keyakinan yang sama akan makna hidup. 

"Keyakinan bahwa hidup adalah ujian, apapun keadaannya, senang susah, sehat sakit, adalah ketetapan terbaik yang Tuhan berikan yang harus kita syukuri," tutur Dian dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id, Jumat (28/9). 

Mengapa? Karena segala sesuatu yg bersumber dari Tuhan, pastilah baik. Terkadang kita saja yang tidak sabar menunggu hikmah itu datang. Sebab, kehilangan penglihatan tak harus batasi langkah untuk terus berkarya dengan perasaan bahagia, menjadi ‘Low vision, bright passion’.

Bermain peran dalam empathy games

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, sejumlah siswa pun berperan menjadi seorang disabilitas netra dengan kain hitam yg menutup kedua matanya. Berjalan dengan menggunakan tongkat, menghampiri temannya yang akan menyuapinya sepotong kue bolu. 

“Games ini membuat saya sadar akan pentingnya bersyukur atas penglihatan saya saat ini, bagi penyandang Low vision untuk berjalan saja perlu usaha yang luar biasa," ungkap seorang siswa kelas X.

photo
Kegiatan Low Vision Goes to School (LGTS) yang diadakan Syamsi Dhuha Foundation (SDF) bagian dari program Edukasi dan Sosialisai Care for Low Vision.

Saat ini penggunaan gadget sudah menjadi rutinitas sehari-hari terutama penggunaan sosial media yg digunakan secara berlebihan, sehingga menjadi penting untuk dipaparkan ‘Bagaimana cara Bijak Menggunaan Gadget’ terlebih anak muda. Menurut dr Tomi, pemakaian gadget lebih dari 2 jam tidak sesuai dengan yang seharusnya yaitu mata perlu 18 kali untuk berkedip, namun menjadi setengahnya.

Penggunaan gadget lebih dari 2 jam dapat sebabkan “Digital Eye Strain” gejalanya: mata merah/iritasi, pandangan kabur, rasa lelah, nyeri kepala, nyeri leher, bahu dan pinggang. Oleh karena itu, betapa pentingnya untuk menjaga karunia yang telah Tuhan berikan yang harus kita jaga sebagai wujud syukur pada Sang Pencipta.

"Salah satunya dengan menjaga mata dari bahaya sinar UV matahari juga yang tidak kita sadari bahaya dari sinar biru (Blue Light) yang dipancarkan layar gadget,"  kata Toni. Dia menjelaska, Blue light ini jenis sinar gelombang pendek namun pancarkan energi lebih tinggi dan menembus lebih dalam dari sinar UV sehingga mengganggu proses tidur dan dapat menyebabkan kerusakan bagian belakang mata.

Salah satu upaya pencegahan, dengan menggunakan rumus 20-20-20 : istirahat setiap 20 menit, selama 20 detik, lihat objek yang berjarak 20 kaki. Atur jarak, posisi, cahaya serta ukuran tulisan pada layar gadget agar nyaman bagi mata juga periksakan mata secara berkala. 

Menyambung hal ini, sebagai penutup acara, diadakan konsultasi mata gratis oleh tim dokter mata PMN RSM Cicendo untuk siswa dan guru. Begitu juga dengan lagu Manusia kuat (Tulus), kita Bisa (Tulus) dan Arti Sahabat (Nidji) yang dibawakan the Lulo, dapat memberi semangat baru bagi semua yang hadir saat itu untuk menjadi manusia yg lebih bermakna untuk Tuhan dan sesama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement