Kamis 27 Sep 2018 18:55 WIB

Menyusui Buat Bayi Jadi Lebih Mudah Rileks

Studi sebelumnya menunjukkan bayi yang langsung dirawat ibu tak mudah stres

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menyusui bukan hanya memberi nutrisi pada bayi, tapi juga memberinya kedekatan dengan sang ibu. Karena itu ibu menyusui perlu didukung agar bisa memberi ASI yang cukup.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menyusui bukan hanya memberi nutrisi pada bayi, tapi juga memberinya kedekatan dengan sang ibu. Karena itu ibu menyusui perlu didukung agar bisa memberi ASI yang cukup.

REPUBLIKA.CO.ID, RHODE ISLAND -- Dokter anak merekomendasikan agar para ibu memberikan ASI ekslusif pada bayinya selama enam bulan. ASI dapat mendukung sistem imun bayi serta mengurangi risiko infeksi telinga dan pernafasan.

ASI juga mencegah terjadinya alergi, obesitas, dan diabetes. Namun belum banyak yang tahu bahwa menyusui juga mengurangi rasa stres pada bayi. Dilansir dari Reuters, baru-baru ini ada studi yang mengungkap hal tersebut.

Studi ini menganalisis kadar hormon kortisol pada 21 bayi yang memperoleh ASI eksklusif selama lima bulan pertama. Sebagai pembanding, para peneliti juga memeriksa kadar kortisol pada 21bayi yang tidak diberi ASI.

Bayi-bayi ini ditempatkan pada situasi yang membuat mereka tertekan tanpa perhatian dari ibu masing-masing. Para peneliti mendapati respons 'flight-or-fight' lebih sedikit ditemui pada bayi yang memperoleh ASI.

"Tindakan merawat bayi mengontrol gen spesifik yang meregulasi respons fisiologis bayi dalam menghadapi stres," kata ketua tim peneliti Barry Lester. Penelitian ini terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tikus. Barry mengatakan tikus-tikus yang dirawat sendiri oleh induknya punya level stres yang lebih rendah daripada yang tidak dirawat induknya.

"Semakin anak tikus dirawat induknya semakin mereka cepat rileks setelah mengalami stres," katanya. "Tidak hanya itu, perubahan respons tersebut bersifat permanen. Mereka memiliki repons yang sama hingga dewasa dan kondisi ini bisa diwariskan ke generasi berikutnya," papar pria yang merupakan Direktur Pusat Studi Risiko Anak-Anak di Warren Alpert Medical School of Brown University, Rhode Island.

Studi yang dilakukan pada manusia memang masih terbatas dan tidak melibatkan responden lintas generasi. Akan tetapi, hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa bayi yang dirawat oleh ibunya lebih mudah mengatasi stres.

Kortisol adalah bagian utama yang menandakan adanya reaksi 'fight-or-flight' pada tubuh. Terlalu banyak atau terlalu sedikit kortisol bisa mengganggu kesehatan. Kortisol juga berhubungan dengan kondisi kesehatan mental dan fisik baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement