Rabu 26 Sep 2018 14:46 WIB

100 Film dari 30 Negara Meriahkan Balinale 2018

Balinale jadi pintu bagi pembuat film untuk mengenal Indonesia.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Sineas film dunia, Roland Joffe dan Patrick Frater memeriahkan Balinale Film Festival ke-12 di Bali.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Sineas film dunia, Roland Joffe dan Patrick Frater memeriahkan Balinale Film Festival ke-12 di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bali International Film Festival (Balinale) ke-12 tahun ini kembali digelar hingga 30 September 2018 di dua lokasi, Cinemaxx Lippo Mall Kuta dan Plaza Renon Denpasar. Acara tahunan ini dimeriahkan lebih dari 100 film dari 30 negara dunia.

Pendiri Balinale, Deborah Gabinetti mengatakan tahun ini Balinale fokus pada sejarah pembuatan film (film making) di Indonesia dengan menayangkan film-film arsip. Tema yang diangkat adalah Timeless, memperlihatkan bagaimana film dapat menyampaikan cerita-cerita manusia mulai dari yang terkecil hingga momen-momen singkat yang dapat mengubah emosi penonton.

"Festival kemarin dibuka dengan film terkini Hanung Bramantyo berjudul Sultan Agung yang diproduksi Wakil Ketua II Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Ibu Mooryati Soedibyo," kata Deborah, Rabu (26/9).

Pada penutupan nanti, Balinale akan menyuguhkan film pemenang Cannes Palme d'Or 2018 berjudul Shoplifters yang disutradarai Hirokazu Koreeda. Harapannya tema yang diangkat tahun ini menjadi suguhan inspirasi menarik bagi pelaku dunia perfilman yang hadir dalam kesempatan tersebut.

Balinale didirikan di tahun 2007 oleh Deborah Gabinetti dari Bali Film Center (BFC), sebuah perusahaan yang menyediakan jasa profesional bagi produksi film dan televisi Indonesia sejak 2002. Contoh sukses BFC adalah film box office Eat Pray Love (2010) yang dibintangi artis Hollywood, Julia Roberts dan Javier Bardem.

BFC mempermudah pembuatan film di Bali setelah produser eksekutif, Stan Wlodkowski menghadiri Balinale setahun sebelumnya. Film ini meluncurkan orang-orang, budaya, dan destinasi Bali ke panggung internasional.

Karena mempromosikan Indonesia di layar lebar, film dan serial televisi lain mulai membuat banyak film di Indonesia. Contohnya adalah Savages karya Oliver Stone di Pulau Moyo, dan Born to be Wild karya IMAX David Lickley di Kalimantan.

Balinale dan BFC berkontribusi pada perkembangan industri film dan televisi nasional. Keduanya terus mempromosikan individu berbakat di balik layar.

Berikut adalah sederet film yang mengikuti perlombaan tahun ini di Balinale ke-12. Untuk kategori film pendek (shorts films) ada Bonobo (Swiss), Gwala Rising (Amerika Serikat), Joko (Indonesia), Marked (Serbia), dan Punchline (Swiss).

Kategori feature film menampilkan The Decaying (Filipina), Night Bus (Indonesia), The Carousel Never Stops Turning (Indonesia), Michael Inside (Irlandia), Custody (Prancis), dan Golnesa (Iran). Kategori film dokumenter menampilkan Tarling (Indonesia), Invisible Hands (AS, Indonesia, India, Cina, dan Ghana), In Praise Nothing (Serbia, Kroasia, Prancis), Kusama (AS), Of Fathers and Sons (Jerman, Suriah, Lebanon), dan Manry at Sea (AS, Inggris).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement