Selasa 18 Sep 2018 16:16 WIB

Tips Mengenali Garam Beriodium

Kebutuhan iodium per hari mencapai 8 mg.

Pekerja memanen garam di Desa Bunder, Pamekasan, Jawa Timur, Minggu (16/9).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Pekerja memanen garam di Desa Bunder, Pamekasan, Jawa Timur, Minggu (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak semua garam yang beredar di pasaran mengandung iodium. Alhasil, kita perlu mengenali garam yang kita beli mengandung iodium atau tidak.

Menurut praktisi Garam Beryodium dari Nutrition International Rozy Afrizal Jafar cara yang mudah untuk mendeteksi iodium menggunakan alat yang berisi amilum.

"Garam akan berubah menjadi ungu kalau memang mengandung iodium. Namun alat ini tidak bisa memantau 30 ppm atau tidak," ujar dia dalam media briefing Intervensi Gizi Spesifik dalam Upaya Pencegahan Stunting, Selasa (18/9).

Amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Wujudnya berupa bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Zat ini dihasilkan tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang. Ada satu tumbuhan yang bisa kita gunakan untuk membantu menguji ada tidaknya kandungan iodium pada garam, yakni singkong.

"Parut singkong, cairan (dari hasil parutan) diteteskan ke garam. Bila garam berubah jadi ungu berarti mengandung iodium," kata Rozy.

Selain itu, teliti memeriksa kemasan garam juga bisa kita lakukan agar tak salah membeli garam bodong atau tak mengandung iodium. "Pada garam bodong, ditulis SNI dan ppm (30) tetapi tidak ditulis alamat pabrik. Kadang hanya tertulis Jawa Tengah saja, tetapi tidak ada alamatnya," kata Rozy.

Para ahli kesehatan menganjurkan untuk mencukupi asupan garam beriodium harian yakni 8 mg per hari agar tak mengalami sederet masalah kesehatan mulai dari gondok hingga gangguan pertumbuhan fisik dan kognitif pada anak.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement