REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun lalu, seorang perempuan bernama Naresh Vissa yang berusia 20-an, merasakan hidup kesepian. Ia baru saja selesai kuliah dan tinggal sendiri untuk pertama kalinya di apartemen satu kamar, dan jarang meninggalkan ruangan itu. Seperti banyak orang di usia 20-an lainnya, Vissa masih lajang.
Ia menghabiskan waktunya dengan makan, tidur, dan bekerja dari rumah. "Saya akan melihat keluar jendela saya di Harbour East Baltimore dan melihat orang lain di pesta di usia 20an mereka, pergi berkencan, dan bersenang-senang. Yang bisa saya lakukan hanyalah menutup tirai, mematikan lampu, dan menonton episode 'The Wire'," ungkap Vissa, dilansir dari laman Health Line, Sabtu (15/9).
Kesepian tumbuh setelah lulus kuliah bertentangan dengan kepercayaan populer bahwa Anda dikelilingi oleh teman-teman, pesta, dan kegembiraan di usia 20-an dan 30-an, waktu setelah kuliah sebenarnya adalah saat ketika kesendirian memuncak.
Sebuah studi 2016 yang diterbitkan dalam Developmental Psychology menemukan bahwa, di seluruh jenis kelamin, kesendirian memuncak tepat sebelum usia 30-an. Pada 2017, Jo Cox Loneliness Commission melakukan survei kesepian dengan laki-laki di Inggris dan menemukan bahwa 35 adalah usia ketika mereka kesepian, dan 11 persen mengatakan mereka kesepian setiap hari.
"Ada banyak mitos tentang apa yang ada ketika berusia 20 tahun," kata ahli terapi yang khusus mengobati kalangan muda yaitu Tess Brigham.
Ia mengatakan banyak kliennya, yang merasa harus memiliki segalanya sebelum usia 30 tahun. Mulai dari karier, pasangan dan kehidupan sosial atau mereka akan gagal dalam hidup. Brigham mengungkapkan, jika ditambah dengan melihat aktivitas di media sosial, dan menelisik kehidupan nyata orang lain, itu membuat banyak orang-orang muda merasa sendirian dan hilang.
Ia pun menyarankan bagi yang berusia 20 tahun untuk mengurangi bermain media sosial. Ia pun meminta kaum muda untuk keluar dan bertemu dengan kawan-kawannya dibanding harus mengirim pesan via whatsapp atau DM instagram.
Sementara penulis buku 'Beyond the Instant' Mark Wildes juga menyoroti kebiasaan kaum muda bermain media sosial. 'Like' di Facebook atau di Instagram juga membuat kaum muda terlalu sering mengejar kesempurnaan.
"Kelompok usia milenial tumbuh dengan kebutuhan mereka terpenuhi lebih cepat," kata Mark. Kaum milenial juga terbiasa menerima informasi serba cepat lewat ponsel dan tak perlu menunggu episode berikutnya dari sebuah serial atau tontonan.
Psikolog klinis dari California, Carla Manly, PhD, menyoroti bagaimana menghilangkan siklus ini, agar anak muda dapat terus bertahan melanjutkan kehidupannya. Mereka harus berani mengatakan kepada orang lain bahwa mereka kesepian.