Kamis 13 Sep 2018 06:00 WIB

Akses Konten Porno, Ini Risikonya Bagi Remaja

Kecanduan konten porno bisa merusak otak remaja.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Reiny Dwinanda
Anti-Pornografi (ilustrasi)
Foto: ROL
Anti-Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otak manusia terus berkembang mulai dari janin hingga usia dewasa. Di usia remaja, otak masih belum sepenuhnya berkembang matang.

Belakangan, ancaman terhadap kesehatan otak di masa pertumbuhan semakin masif. Salah satunya datang dari adiksi pada konten pornografi.

Mengingat dampaknya bagi kesehatan otak remaja, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan mengimbau remaja untuk tidak mengonsumsi konten pornografi.

Mengutip hasil riset Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Samuel menjelaskan konsumsi konten pornografi sangat berbahaya bagi kesehatan otak remaja. Otak bagian depan sebagai pusat pengambilan keputusan akan mengalami perusakan sel begitu remaja kecanduan konten porno.

"Lapisan terluar otak atau yang disebut dengan materi abu-abu akan semakin menipis pada remaja yang adiksi terhadap konten porno," jelasnya saat membuka acara Diskusi Pencegahan dan Penanganan Masalah Pornografi di Era Digital di Ruang Serbaguna, Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (12/9).

Pornografi memiliki dampak negatif serius karena dapat merusak lima bagian otak manusia, terutama prefrontal cortex yang terletak pada bagian otak dekat tulang dahi dan otak logika. Akibatnya, bagian otak yang bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat.

"Itu terjadi begitu melakukan stimulasi berlebihan tanpa saringan, otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi," kata Kepala Pusat Pengabdian pada Masyarakat Universitas Mercu Buana Inge Hutagalung dalam kesempatan terpisah di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Rusaknya otak akibat pornografi bisa memicu seseorang mudah mengalami bosan, merasa sendiri, marah, tertekan, dan lelah. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar serta berkurangnya kemampuan seseorang mengambil keputusan.

Pornografi juga mendekatkan remaja pada kehidupan permisif atau serbaboleh dalam urusan seks. Apa yang dilihat dan dibacanya akan memotivasi serta merangsang orang, terutama kaum remaja, untuk meniru atau mempraktikkan. Mereka tidak lagi memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma dalam lingkungan masyakarat.

"Meningkatnya jumlah remaja yang berperilaku seksual aktif juga akan meningkatkan kasus kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dan tindakan aborsi yang kerap dianggap sebagai sebuah solusi permasalahan KTD," jelas Inge yang juga ahli psikologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement