REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Jejak Cinta menceritakan kisah Maryana, seorang desainer batik yang sengaja pulang ke tanah kelahirannya Singkawang untuk membuat desain batik terbarunya yang akan diikutkan dalam Festival Batik di Berlin. Di sisi lain, Maryana terdeteksi kanker serviks. Kisah pun bergulir.
Maryana dan suaminya yang bernama Hasan, diperankan oleh Baim Wong, ingin sekali mempunyai anak. Cerita bertambah rumit ketika suatu hari Hasan mendapat telepon dari Sarah, mantan kekasihnya yang diperankan oleh Della Perez. Selama ini, Hasan dekat dengan ayahnya Della yang bernama Hendrawan (Mathias Mucus).
Keluarga orang tua Della tengah mengalami musibah. Ayah Della dipenjara karena terlibat sebuah kasus.
Hasan ingin membantu. Awalnya Hendrawan menolak dibantu namun akhirnya ia meminta Hasan untuk menolong dan menjaga Della. Hasan bersedia menolong tapi ia bingung, karena ia sudah beristri. Sedangkan ia berutang budi kepada ayahnya Della.
Bagaimanakah akhir film Ini? Apa keputusan yang akhirnya diambil oleh Hasan?
Selain tentang kanker serviks, film Jejak Cinta yang akan dirilis 6 September 2018 mendatang ini juga memadukan dengan kearifan lokal Singkawang, Kalimantan Barat. Daerah ini kental dengan budaya khas masyarakat Tidayu (Tionghoa, Dayak dan Melayu).
Produser Eksekutif, Hasan Karman, menyebutkan selain tentang kanker serviks, film ini juga membawa pesan kebangsaan dari tanah Singkawang yang dijuluki negeri 1.000 kelenteng. Hasan mengatakan film ini juga mengangkat realita kehidupan di Singkawang. Yaitu mengenai masyarakat, budaya, dan objek wisata yang ada di Kota Singkawang.
"Singkawang di Kalimantan Barat ini masyarakatnya merupakan perpaduan etnis yang kekayaan budayanya menjadi daya tarik tersendiri. Selain mengangkat sisi romantika. Film Jejak Cinta mengangkat batik khas Singkawang yaitu Batik Tidayu yakni Tionghoa, Dayak dan Melayu,“ ujarnya di sela konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Melalui film ini, kami ingin mengusung semangat kebangsaan yakni persatuan bangsa yang multietnis. Semoga dengan menonton film ini masyarakat Indonesla makin kuat persatuannya dan saling menghargai satu sama lain," tambahnya.
Hasan mengatakan film ini sekaligus menggambarkan persatuan Tidayu yang sangat baik di Singkawang. Diharapkan film ini bisa memotivasi masyarakat Indonesia di wilayah manapun untuk menjalin persatuan dan kesatuan. Film ikut mengangkat budaya Cap Go Meh untuk mendorong pariwisata Kalimantan Barat.