Jumat 31 Aug 2018 13:33 WIB

Singapura dan Malaysia Bersaing Patenkan Kuliner Kaki Lima

Isu kuliner kerap membuat kedua negara ini bersitegang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Jajanan kaki lima Singapura menjadi destinasi kuliner yang tak kalah penting dicoba saat berlibur ke Negara Singa.
Foto: EPA
Jajanan kaki lima Singapura menjadi destinasi kuliner yang tak kalah penting dicoba saat berlibur ke Negara Singa.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura telah berupaya mendapatkan pengakuan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atas makanan kaki limanya. Hal itu memicu perdebatan di dunia kuliner termasuk negara tetangganya, Malaysia yang mengkritik keras Singapura.

Langkah Singapura yang akan mengklaim makanan kaki limanya ke UNESCO memicu kemarahan Malaysia. Pasalnya Malaysia juga mengklaim makanan jalanan di Singapura memiliki banyak kesamaan dengan yang ada di Malaysia.

Koki selebriti Malaysia Redzuawan Ismail, yang dikenal sebagai Chef Wan mengatakan tawaran PBB ke Singapura adalah tidak berdasar. "Ketika Anda berbicara tentang pedagang asongan, Singapura bukan satu-satunya yang memiliki budaya menjajakan makanan di pinggir jalan. Mengapa (Anda) harus pergi ke UNESCO untuk dipatenkan? Apakah Anda begitu istimewa?," ujar Chef Wan yang pernah muncul di acara bersama koki selebriti Amerika, Anthony Bourdain.

Koki Malaysia terkenal lainnya, Ismail Ahmad, bersikeras negaranya adalah 'surga' makanan jalanan dan memang sudah seharusnya Malaysia yang mengajukan permohonan untuk pengakuan dari PBB, bukan Singapura. "Bahkan orang Singapura datang ke Malaysia dan menikmati makanan di kios kami," katanya.

Singapura, seperti halnya negara-negara di Asia Tenggara diketahui sebagai rumah bagi para pedagang kaki lima yang menjual makanan di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Pedagang kaki lima yang kerap dinamani 'pedagang asongan' ini menyajikan berbagai macam hidangan dengan harga yang relatif murah. Menu yang dijual di antaranya ayam dan nasi, mie dan sate, daging dan lain sebagainya.

Sejumlah pedagang asongan bahkan telah mendapatkan pengahragaan bintang Michelin oleh buku kuliner di Singapura sejak 2016.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengumumkan pekan lalu, Singapura akan mencalonkan budaya jajanannya ke daftar warisan budaya tak berwujud UNESCO. Ia menggambarkan negaranya sebagai pusat makanan perkotaan yang bisa menjadi bagian dari identitas negara.

"Makanan kaki lima ini bisa dijadikan sebagai identitas negara," kata dia dikutip laman AFP, Jumat (31/8).

Meskipun begitu, warga Singapura tidak meperdulikan kemarahan dari Malaysia dan akan bersikeras bahwa daftar UNESCO adalah lebih dari sekedar makanan. "Ini adalah tentang warisan budaya makanan jalanan yang menyatukan orang-orang dan didukung oleh pemerintah dan industri, karena ini adalah tentang masyarakat," ujar kritikus makanan terkenal KF Seetoh dikutip dari koran lokal, New Paper.

"Jika Anda memilikinya, pamerkan," tambah dia.

Kedua negara tersebut memiliki hubungan yang kurang harmonis setelah Singapura merdeka pada 1965, di mana wilayah Singapura dipisahkan dari Malaysia. Dan, isu kuliner kerap membuat kedua negara ini bersitegang. Singapura berencana untuk mengajukan nominasi jajanan kaki lima ke UNESCO pada Maret.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement