REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya mendulang sukses, film Crazy Rich Asians digadang sebagai blockbuster Hollywood pertama yang semua pemainnya merupakan orang Asia dalam 25 tahun terakhir. Kritikus menilai film ini berhasil mendobrak norma film-film Hollywood yang biasanya hanya sedikit melibatkan karakter orang Asia. Tak sedikit yang menilai jalan cerita film ini sangat mudah dinikmati.
Ironisnya, kritik bernada negatif justru datang dari warga Asia. Film yang bercerita tentang orang super kaya di Singapura ini dinilai tidak memberikan representasi orang Asia yang tepat.
Cukup banyak penonton asal Singapura maupun negara Asia lain yang menilai film ini hanya menampilkan sosok orang-orang asia sesuai dengan stereotipe rasialis ala Barat. Film ini juga hanya menampilkan satu versi orang Asia yang disukai oleh penonton Hollywood.
"Meskipun ini dianggap sebagai film Asia, hampir semua yang terlibat merupakan orang Asia Timur," ungkap penulis Sangeetha Thanapal seperti dilansir Guardian.
Thanapal mengatakan film ini hanya didominasi oleh karakter-karakter keturunan Cina dan sangat sedikit melibatkan orang-orang Asia berkulit 'cokelat' seperti Melayu dan India. Padahal, populasi orang-orang Asia berkulit cokelat di Benua Asia sangat banyak.
Berita Terkait
- Crazy Rich Asians Tergantung Penonton" href="https://www.republika.co.id/berita/senggang/film/18/08/21/pdtcpd335-sekuel-crazy-rich-asians-tergantung-penonton" target="_blank" rel="noopener">Sekuel Crazy Rich Asians Tergantung Penonton
- Crazy Rich Asians Munculkan Kebanggaan Jadi Orang Asia
Di Singapura misalnya, sekitar 15 persen penduduknya merupakan keturunan Melayu. Sedangkan 6,6 persen lainnya merupakan keturunan India.
"Orang-orang Asia berkulit cokelat telah diabaikan dari definisi Amerika mengenai orang Asia, dari generasi ke generasi," papar Thanapal.
Hal senada juga diungkapkan oleh jurnalis Cat Wang. Wang menilai film ini membuat kelompok minoritas menjadi tak terlihat. Oleh karena itu, Wang menilai sambutan yang hangat terhadap Crazy Rich Asians sebagai film yang menonjolkan orang-orang Asia sangat ironis.
"Film ini memperkuat pandangan keliru bahwa untuk menjadi orang Asia berarti menjadi orang Cina," terang Wang.
Kritik juga datang dari kritikus film asal SIngapura Nicholas Yong. Yong menilai para pemeran utama terdiri dari aktor-aktor yang bukan keturunan Singapura. Sebagian besar dari mereka berbicara dengan aksen Barat. Padahal, aksen atau logat 'Singlish' merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dari budaya Singapura.
Di sisi lain, sutradara Crazy Rich Asians John M Chu turut angkat bicara. Chu mengatakan film ini tak akan mampu untuk memenuhi ekspektasi semua orang. Oleh karena itu, sejak awal Chu telah menyepakati bahwa film ini bukanlah film yang dibuat untuk menyelesaikan masalah representasi terkait orang Asia.
"Ini merupakan film yang sangat spesifik, kita memiliki dunia yang sangat spesifik, karakter yang sangat spesifik. Film ini tidak akan menyelesaikan semua hal," jelas Chu.