Selasa 14 Aug 2018 09:18 WIB

Lira Melemah, Turis Serbu Barang Branded di Turki

Turis rela mengantre demi mendapatkan barang-barang bermerk dengan harga murah.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.
Foto: AP
Turis menukarkan uang ke money changer di Istanbul, Turki, Senin (13/8). Merosotnya nilai mata ulang Lira Turki membuat turis asing menikmati lonjakan dolar yang dipegangnya.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Anjloknya mata uang Lira yang terjadi selama sepekan terakhir mendatangkan keuntungan bagi para turis yang melancong ke Turki. Di tengah kondisi lira yang terus melemah, wisatawan mancanegara justru menikmati berbelanja barang-barang mewah di Turki dengan harga yang sangat miring.

Hingga kemarin, nilai tukar lira sebesar tujuh per dolar AS. Reuters melaporkan gerai-gerai jenama internasional seperti Chanel dan Louis Vuitton ramai diserbu turis asal Timur Tengah. Mereka rela antre hingga ke luar toko demi mendapatkan barang bermerk dengan harga murah. Pemandangan antrean turis itu dapat dilihat di Nisantasi, daerah pertokoan elit di Istanbul.

"Kami membeli baju dan kosmetik, kami membeli barang-barang bermerk," kata Fatima Ali yang berasal dari Kuwait. Ia bersama dua anaknya rela berdesakan untuk membeli kosmetik karena menurutnya harga-harga sangat murah. Sebagaimana turis lain, Fatimah membawa koper untuk menampung belanjaannya sembari mengantre.

Seorang penjaga toko yang menolak menyebutkan nama menuturkan membludaknya pembeli sangat tidak biasa. Bahkan di masa-masa liburan sekalipun antrean pembeli tidak sebanyak seperti sekarang.

Khalid al-Fahad, turis dari Mesir, mengaku sayang apabila melewatkan momen ini. Dengan berbelanja selagi di Turki, ia memperkirakan telah mengirit hingga 1.000 dolar AS daripada jika dirinya membeli barang yang sama di Mesir.

"Kami berharap semoga lira kembali menguat demi membaiknya perekonomian Turki. Namun di sisi lain kondisi ini menguntungkan para turis karena kami bisa berbelanja banyak," ungkap Khalid.

Mata uang lira telah terdepresiasi hingga 40 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Lira semakin keok tatkala Amerika Serikat menggandakan tarif impor baja dari Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada seluruh masyarakat Turki untuk menjual semua dolar yang mereka miliki. "Apabila ada dolar di bawah bantal Anda, segera tukarkan dengan lira," demikian pernyataan yang ia serukan pekan lalu, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (14/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement