Jumat 10 Aug 2018 10:07 WIB

Filtrasi Internet tak Jamin Anak Berhenti Akses Pornografi

Hingga kini belum ada bukti konklusif dan efektif atas aplikasi filter pornografi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.
Foto: COMMON WIKIMEDIA
Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua perlu menaruh perhatian lebih pada gawai anak. Jika Anda berpikir alat pemfilter konten di internet seperti 'parental control' akan menghentikan anak-anak Anda mengakses konten berbau pornografi, maka Anda mungkin salah.

Sebuah penelitian terbaru dipublikasikan dalam Jurnal Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking menunjukkan filtrasi internet tidak selamanya efektif. Peneliti dari Oxford University di Inggris menyebut belum ada bukti konklusif dan efektivitas alat atau aplikasi tersebut.

"Alat dan aplikasi ini dapat dengan mudah diunderblock karena begitu pesatnya perkembangan cara berbagi konten di internet," kata salah seorang penulis, Victoria Nash, dilansir dari The Health Site, Jumat (10/8).

Tim mempresentasikan dua penelitian. Pertama, analisis eksplorasi data sekunder yang dikumpulkan di Uni Eropa. Kedua, studi prapendaftaran (preregistered) yang difokuskan pada anak dan pengasuhnya di Inggris dengan lebih dari 15 ribu peserta.

"Kami juga tertarik mengetahui seberapa jauh dan seberapa banyak rumah tangga menggunakan teknologi filtrasi untuk mencegah anak dan remaja mencegah konten-konten pornografi," kata rekan penulis, Andrea Przybylski.

Temuan penelitian awal menunjukkan antara 17-77 rumah tangga menggunakan filtrasi internet di rumah. Ini cara mereka mencegah kecanduan seluler pada anak.

Hasil studi lanjutan menunjukkan tidak ada efek proteksi yang signifikan secara statistik atau praktis untuk penyaringan konten ini. Anak dan remaja tetap bisa mengakses konten-konten terlarang tersebut dengan berbagai cara. Peneliti mencatat perlu ada penelitian lebih banyak untuk memantapkan temuan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement