REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan memang dapat memberikan pengaruh bagi kondisi kulit. Sayangnya, ada cukup banyak informasi keliru dan tak didukung bukti ilmiah mengenai hubungan pola makan dan kondisi kulit yang beredar di masyarakat.
Sebagai contoh, salah satu kesalahpahaman yang paling banyak diyakini masyarakat adalah alergi makanan memiliki kaitan yang kuat terhadap kondisi kulit tertentu. Beberapa alergi makanan memang dapat mempengaruhi kulit, akan tetapi sebagian besar alergi makanan tidak berkaitan dengan penyakit kulit.
Gluten merupakan zat protein yang paling sering dianggap sebagai penyebab inflamasi kulit. Banyak orang yang mengalami eksim atau psoriasis menjauhi konsumsi gluten dengan harapan kondisi kulit mereka akan membaik. Padahal, gluten hanya akan memicu reaksi jika dikonsumsi orang-orang yang menderita intoleransi atau hipersensitivitas terhadap gluten saja.
Tak berhenti di situ, cukup banyak orang yang mengadopsi pola makan 'eliminasi' dengan harapan memiliki kondisi kulit yang lebih baik. Beberapa contoh pola makan tersebut adalah pola makan clean eating seperti vegan dan keto.
Cukup banyak ahli dermatologi yang tidak menganjurkan hal ini. Alasannya pola makan eliminasi ini dapat membuat seseorang kehilangan asupan asam amino, mineral dan vitamin esensial dari makanan yang mereka jauhi. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin dapat memberi dampak yang merugikan bagi pertumbuhan rambut, kulit dan kuku.
"Kadar protein dan vitamin B12 sulit untuk dijaga jika menganut pola makan vegan yang ketat," terang ahli dermatologi Dr Janet Prystowsky seperti dilansir HealthLine.
Pola makan bersih (clean eating)
Prystowsky melanjutkan, kekurangan protein akan membuat kulit dan jaringan tubuh lain menjadi lebih lemah. Sedangkan kekurangan B12 dapat menyebabkan anemia dan masalah saraf.
Sebagai tambahan, kekurangan vitamin C dapat menyebabkan munculnya memar. Sedangkan kekurangan vitamin A dan D dapat menyebabkan ruam yang terasa nyeri.
Karena itu, Prystowsky menilai penerapan pola makan eliminasi tidak memberi dampak baik bagi kulit. Alasannya, penerapan pola makan atau diet eliminasi cenderung menyebabkan seseorang kekurangan asupan vitamin.
Sebagian orang juga menilai suplemen biotin, zinc dan B12 dapat membuat kondisi kulit tampak lebih baik. Padahal, konsumsi suplemen tidak akan bermanfaat kecuali pada orang yang terdiagnosis kekurangan vitamin atau memiliki kondisi lain yang membutuhkan asupan suplemen.
"Anda tidak bisa asal memilih suplemen dari rak toko dan mengatakan 'Suplemen ini akan cocok untuk saya'," terang ahli dermatologi lain Dr Rajani Katta FAAD.
Mengingat pola makan 'eliminasi' atau clean eating seperti vegan dan keto maupun konsumsi suplemen tak memberi manfaat signifikan terhadap kondisi kulit, cara terbaik untuk menjaga kondisi kulit dari makanan adalah dengan menerapkan pola makan sehat dan seimbang. Pola makan ini tak hanya memberi dampak yang baik bagi kesehatan kulit tetapi juga baik bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.