Ahad 05 Aug 2018 18:17 WIB

Anak Berkebutuhan Khusus Pentaskan Operet Timun Mas

Pertunjukan Operet Timun Mas melibatkan 103 orang tua dan anak Down Syndrome.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Reiny Dwinanda
Siswa SLB Negeri 2 Yogyakarta mementaskan Operet Timun Mas di Taman Budaya Yogyakarta, Ahad (5/8).
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Siswa SLB Negeri 2 Yogyakarta mementaskan Operet Timun Mas di Taman Budaya Yogyakarta, Ahad (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Anak-anak berkebutuhan khusus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 2 Yogyakarta memperlihatkan kebolehannya berseni peran saat mementaskan Operet Timun Mas berbahasa Jawa di Taman Budaya Yogyakarta, Ahad (5/8). Pagelaran kolosal itu semakin spesial karena para orang tua juga ikut naik pentas bersama anandanya.

Nur Wahyuni, salah satu orang tua, mengungkapkan Operet Timun Mas adalah penampilan pertama baginya dan putranya. Ia senang anaknya mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya lewat pentas seni peran.

"Pertunjukan ini sekaligus mengkampanyekan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus bisa berkarya," kata Wahyuni di Gedung Kesenian Societet Militair, Taman Budaya Yogyakarta, Ahad (5/8).

Anak Wahyuni berusia 10 tahun. Ia harus bersabar mengarahkan anaknya yang menyandang Down syndrome untuk tampil dalam acara tersebut. Ada kalanya anandanya menolak latihan.

"Orang tua harus enjoy dulu, harus telaten, dan harus sabar. Kita nggak bisa memaksa anak harus seperti ini. Jadi anak dilepas dulu, semaunya anak dulu, nanti kita arahkan. Kita yang memberi contoh kepada anak maunya seperti apa," jelas Wahyuni. 

Tantangan pementasan Operet Timun Mas semakin besar lantaran lakon itu dimainkan oleh 103 ibu dan anak berkebutuhan khusus. Tiap orang tua perlu membagi konsentrasi antara melatih perannya sendiri dan peran yang dimainkan buah hatinya.

"Karena ini bermain bersama anak-anak berkebutuhan khusus jadi membutuhkan konsentrasi dan kebersamaan," ungkapnya.

Wahyuni merasa terbantu dengan adanya pelatihan dan pendampingan yang digelar Nivea pada November 2017 lalu. Program Sentuhan Ibu membuatnya lebih mengerti cara menghadapi anaknya. Keterampilannya dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus pun semakin terasah. 

"Saya belajar banyak hal, mulai dari cara mengontrol emosi dalam menghadapi anak hingga cara mengarahkan anakn untuk dapat mengembangkan potensi-potensinya," ujar Wahyuni.

Menilik perjalanan panjang SLB Negeri 2 Yogyakarta untuk bisa mementaskan Operet Timun Mas, Wahyuni berharap pertunjukan tersebut dapat menginspirasi orang lain untuk mengenal Down syndrome. Ia juga ingin orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus termotivasi dengan pagelaran itu. 

Kepala Bidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) Dinas pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bachtiar Nur Hidayat mengungkapkan, anak berkebutuhan khusus sebenarnya memiliki kemampuan yang bisa ditonjolkan. Namun, butuh pelatihan dan pendampingan dari berbagai pihak agar anak bisa berkembang optimal.

"Kita semua bisa menjalin kebersamaan untuk mengoptimalkan layanan, bagaimana membuat anak-anak bisa mandiri, bagaimana mereka berkiprah di masyarakat," kata Bachtiar. 

Bachtiar mendukung agar kegiatan pendampingan terus diberikan kepada anak berkebutuhan khusus beserta orang tuanya. Ia pun berharap ada terobosan agar dukungan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak maupun orang tuanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement