REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyambut baik dengan adanya penandatanganan investasi Qatar dengan Indonesia senilai 500 juta dolar AS. Qatar berencana akan membangun hotel berbintang lima di Mandalika, Lombok sebagai salah satu destinasi wisata 10 Bali Baru.
Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Konektivitas Judi Rifajantoro mengatakan Indonesia memang perlu dukungan banyak hal untuk mengembangkan 10 destinasi wisata Bali Baru. “Kita memang membutuhkan investor untuk mendapatkan ini (pengembangan Bali Baru),” kata Judi di Hotel Kempinski, Kamis (2/8).
Sebab, kata dia, pengembangan 10 destinasi wisata Bali Baru membutuhkan adanya pembangunan infrastruktur. Dengan begitu, Indonesia juga membutuhkan investor terutama untuk pembangunan resor dan hotel.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) Luhut Binsar pandjaitan mengatakan investasi dengan Qatar Investment Authority tersebut tidak hanya satu saja di Mandalika. “Dia mau investasi lagi dalam banyak hal jadi itu banyak sekali peluang,” ujar Luhut.
Salah satu investasi lain, Qatar menginginkan adanya penerbangan langsung dari negaranya menuju Aceh. Judi menilai hal itu sangat positif untuk meningkatkan turis yang datang ke Indonesia.
“Kenapa tidak selama itu (penerbangan Qatar-Aceh) membawa turis bukan membawa umroh. Ya tidak masalah. Qatar kan nggak hanya Timur Tengah tapi juga Eropa,” jelas Judi.
Hanya saja untuk mengembangkan hal tersebut membutuhkan kesiapan banyak hal terkait penerbangan. Terutama di bandara di Aceh yang harus siap untuk melayani penerbangan internasional jarak jauh yang sebagian besar menggunakan pesawat berbadan besar.
“Kembali lagi pada sarana prasarananya. Kalau Aceh, bandaranya belum terlalu siap sehingga ini perlu diperhatikan dulu dan disiapkan infrastrukturnya jika Qatar tertarik,” tutur Judi.
Begitupun juga dengan maskapai AirAsia yang tidak menutup kemungkinan bisa saja mempertimbangkan untuk membuka rute tersebut. Hanya saja CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengatakan perlu ada yang disesuaikan terlebih dahulu.
“Ya mungkin kalau AirAsia, Qatar-Aceh itu kan penerbangan panjang membutuhkan pesawat berbadan besar. Kalau seperti itu kita harus betul-betul menganalisa marketnya, tapi bukan tidak mungkin,” jelas Dendy.
Meskipun begitu, Dendy mengakui penerbangan internasional tidak mudah untuk membuka rutenya. Dia menjelaskan perjanjian bilateral biasanya hanya untuk kota-kota utama di suatu negara saja jadi nantinya akan tergantung bagaimana kesepakatan antara Qatar dan Indonesia untuk mewujudkan hal tersebut.