Senin 30 Jul 2018 15:13 WIB

Generasi Millennial Mulai Irit Mengeluarkan Uang

Generasi milenial gagal menabung karena banyak tagihan yang harus dibayar

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gaya hidup digital mempengaruhi generasi milenial hingga lebih konsumtif.
Foto: Republika/Prayogi
Gaya hidup digital mempengaruhi generasi milenial hingga lebih konsumtif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi millennial sering disebut membuang-buang uang untuk kesenangan sekilas seperti kopi dan makan siang yang digabung dengan sarapan pagi. Karena itu pula, generasi millennial dianggap tidak bisa membeli rumah.

Dikutip dari Metro, Senin (30/7) sebuah penelitian baru telah muncul untuk mengkonfirmasi hal ini. Disebutkan generasi millennial sebenarnya sangat berhati-hati mengeluarkan penghasilan mereka.

The Millennial Money Survey oleh F & C Investments telah menemukan generasi millennial tidak menolak untuk mengurangi pengeluaran. Alasan utama mengapa generasi millenial gagal menabung adalah terlalu banyak tagihan yang harus dibayar.

68 persen dari mereka yang diwawancarai mengatakan mereka bermaksud menghemat lebib banyak uang tahun ini daripada 2017. 59 persen mengklaim upaya menabung mereka digagalkan oleh tagihan penting.

60 persen lebih suka melewatkan acara khusus daripada meminjam uang. 35 persen generasi millenial mengatakan mereka lebih memilih mengurangi kehidupan sosial mereka daaripada meminta kenaikan gaji.

Hampir dua pertiga dari mereka bertujuan membeli properti, menikah, dan memulai sebuah keluarga di masa depan. Tetapi dengan 40 persen mengungkapkan utang menghentikan menjalankan rencana itu semua.

Selain itu, menurut survei rata-rata gaji kaum millennial Inggris Raya adalah sekitar 27 ribu poundsterling dan naik menjadi 37 ribu poundsterling di London. Menurut Ross Duncton dari F&C Investments mengatakan generasi millenial Inggris hanya bercita-cita mencapai apa yang dinikmati oleh generasi sebelumnya. Sementara beberapa dari mereka memiliki utang.

“Kenyataannya, sebagian besar adalah pembelanja yang masuk akal dan memiliki kendali atas uang mereka, meskipun kurangnya pendidikan dan penghasilan finansial formal,” ujar Duncton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement