Senin 30 Jul 2018 09:59 WIB

Armin Bell dan Willy Ana Raih Penghargaan Sastra Litera 2018

Terdapat 20 puisi dan 14 cerpen yang terpilih dan dibukukan.

Penyair Willy Ana menerima buku  penghargaan.
Foto: Dok Litera
Penyair Willy Ana menerima buku penghargaan.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGSEL -- Armin Bell dan Willy Ana meraih Penghargaan Sastra Litera 2018. Armin memang atas cerpennya berjudul Monolog di Penjara  dan Willy Ana menang atas puisinya berjudul Petuah Kampung.

Penghargaan untuk mereka telah diserahkan pada Malam Anugerah Sastera Litera 2018 di Resto Kampung Anggrek, Jalan Raya Victor, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel),  Banten, Jumat (27/7).

Siaran pers Litera yang diterima Republika.co.id, Senin (30/7) menyebutkan, cerpenis dan penyair muda tersebut mendapatkan trofi, sertifikat, buku, dan sejumlah uang tunai yang diserahkan langsung oleh Pemimpin Redaksi Portal Sastra Litera (www.litera.co.id) Ahmadun Yosi Herfanda.

Willy Ana -- lahir di Bengkulu Selatan, 29 September 1981 -- adalah penyair produktif yang kini berdomisili di Depok. Buku-buku puisinya yang telah terbit adalah Aku Berhak Bahagia (2016), Tabot: Aku Bengkulu dan Petuah Kampung (2017). Baru-baru ini ia bersama kawan-kawannya sukses mengadakan Festival Sastra Bengkulu, pada 13-15 Juli 2018.

“Selain Willy Ana, ada sejumlah nama penyair yang meraih Penghargaan Sastra Litera 2018 untuk kategori Puisi Unggulan, yakni Kampung Kita  karya Setia Naka Andrian, Ruang Belakang karya Iman Sembada, dan Mobil Tua yang Resah  karya Surya Gemilang,” kata Ahmadun Yosi Herfanda.

Sedangkan untuk kategori cerpen, Ahmadun menambahkan, peraih Cerpen Unggulan cerpen berjudul Menjadi Burung Merpati karya Muhammad Gotansyah, Tetes Diorama Terakhir karya Nufira S, dan Mencari Marlin Lain yang Pernah Memakan Bunga  karya Fatah Anshori.

Selain itu, dewan juri yang terdiri dari Iwan Kurniawan, Mustafa Ismail, dan Mahrus Prihany, juga memilih 20 puisi nomine dan 14 cerpen nomine. “Karya-karya pemenang, unggulan, dan nomine itu dibukukan dengan judul Monolog di Penjara. Puisi dan cerpen tersebut dipilih dari karya-karya yang ditayangkan di Portal Sastra Litera selama setahun (2017),” tutur Ahmadun.

Acara penyerahan Anugerah Sastra Litera 2018 diwarnai dengan diskusi sastra bersama Rida K Liamsi, Chavchay Syaifullah, dan Sihar Ramses Simatupang, dengan topik Sastra Politik dan Politik Sastra. Topik yang berkembang menarik itu akan dilanjutkan dengan seminar sastra. Sebelum diskusi, acara dimeriahkan musikalisasi oleh Adang dan kawan-kawan.

photo
Diskusi sastra Litera 2018.

Agenda tahunan

Menurut Ahmadun, Anugerah Sastera Litera 2018 adalah agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Lembaga Literasi Indonesia (Indonesia Literacy Instutute), sebuah lembaga literasi pengelola www.litera.co.id, yang berada di bawah Yayasan Master Kreativa Indonesia. Penyelenggaraan penghargaan ini atas dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation.

“Ajang tahunan ini sebagai bentuk apresiasi kepada penulis puisi dan cerpen yang karyanya ditayangkan  di portal sastra tersebut, karena Litera belum bisa memberi honorarium bagi mereka. Ajang anugerah ini sebagai gantinya,” ujar penyair profetik tersebut.

Puisi Willy Ana dinilai pantas menerima penghargaan Anugerah Sastera Litera 2018, sebab membicarakan kerinduan yang begitu kuat dari ibu kepada anaknya. Selain itu, puisi ini juga sangat erat dengan berbagai konflik yang dirasakan oleh anak rantau.

“Ya kaget. Senang. Bersyukur. Puisi itu terpilih sebagai puisi terbaik Anugerah Sastera Litera 2018. Padahal, malah saya berharap tahun lalu dapat penghargaan ini. Eh, rupanya malah tahun ini,” kata Willy Ana.

Menurut Mustafa, penyerahan Anugerah Sastra Litera 2018 tersebut telah melewati berbagai proses. Dari pengumpulan karya, hingga seleksi final untuk menentukan kelayakan setiap karya untuk mendapatkan Anugerah Sastra Litera 2018.

Bulan lalu, nama-nama dan karya para nomine telah diumumkan kepada publik. Terdapat 20 puisi dan 14 cerpen yang terpilih dan dibukukan. Buku kumpulan karya para pemenang tersebut diluncurkan bersamaan dengan pengumuman dan penyerahan Anugerah Sastra Litera 2018.

Dari ratusan puisi dan puluhan cerpen yang diseleksi oleh Tim Kurator, kata Mustafa, tidak ditemukan karya yang berada di bawah standar estetika sastra. “Meski seleksi Litera cukup longgar, namun karya-karya yang dimuat masih bisa tergolong bermutu,” katanya.

Mustafa menambahkan, diskusi untuk menentukan penerima Anugerah Sastra Litera 2018 sempat alot, sebab setiap kurator punya argumen masing-masing dalam mempertahankan nilai setiap karya yang telah diajukan masing-masing kurator.

“Masing-masing kurator mengajukan argumennya untuk mempertahankan nilai yang diberikan pada karya pilihannya,” ujar panyair kelahiran Tringgadeng, Pidie Jaya itu. “Pada akhirnya, karya-karya terbaiklah yang pantas menerima penghargaan.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement