Rabu 25 Jul 2018 20:09 WIB

Dwiki Bina Seni Musik di Pesantren Milik Din Syamsuddin

Dwiki Darmawan mengatakan musik tidak harus berjarak dengan dunia santri.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dwiki Darmawan
Foto: Musiron/Republika
Dwiki Darmawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendidikan di pondok-pondok pesantren idealnya dapat ikut mengembangkan jiwa kesenian yang islami. Hal itu rupanya diupayakan pihak Pesantren Modern Internasional (PMI) Dea Malela, yang berlokasi di Desa Pamangong, Kecamatan Lenangguar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baru-baru ini, komposer musik Dwiki Dharmawan ikut membina pengajaran ekstrakurikuler seni di lembaga yang didirikan tokoh nasional Prof Din Syamsuddin itu. Menurutnya, musik tidak harus berjarak dengan dunia santri. Dengan bimbingan dan kurikulum yang tepat, para santri justru dapat memetik manfaat yang besar.

“Saya membantu mengembangkan pelatihan anak-anak (santri) di pesantren ini dalam berkesenian, utamanya musik. Saat ini, sudah ada marching band dengan pelatihnya dari lokal Sumbawa. Kemudian, sedang dibuatkan sebuah choir, tim paduan suara,” kata Dwiki Dharmawan yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (25/7).

Pengelola Lembaga Pendidikan Musik Farabi itu melanjutkan, pihaknya telah mengirimkan sejumlah instruktur musik ke PMI Dea Malela. Tujuannya agar mereka ikut mengembangkan beberapa pelatihan ekstrakurikuler bagi para santri di sana, semisal paduan suara, band, dan musik kolaborasi.

Sampai saat ini, program-program berkesenian di pesantren tersebut berjalan dengan lancar.“Di samping itu, membantu Pesantren Dea Malela dalam hal kurikulum ekstrakurikuler seni,” sambung pemusik kelahiran Bandung 51 tahun silam itu.

Dihubungi terpisah, Din Syamsuddin menyambut baik kerja sama itu. Menurutnya, Dwiki Dharmawan merupakan musisi kaliber internasional yang memiliki perhatian luar biasa terhadap pendidikan Islam. Dia mengungkapkan, kunjungan komposer musik tersebut pada hari ini ke PMI Dea Malela adalah untuk kedua kalinya.

Sebelumnya, Dwiki melatih paduan suara yang akan menyanyikan hymne PMI Dea Malela yang diciptakannya. Adapun kali ini, kegiatannya meliputi pelatihan grup band santri yang terbentuk sejak awal tahun ajaran baru 2018/2019.

Selain itu, ungkap mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini, pihak pengurus dan para santri PMI Dea Malela juga sedang mempersiapkan acara penyambutan Presiden Joko Widodo. Kepala Negara rencananya akan mengunjungi pesantren ini pada akhir Juli 2018 untuk meresmikan sejumlah gedung baru, termasuk asrama-asrama tiga lantai bagi peserta didik putra maupun putri.

“Memang sedang dipersiapkan dari para peserta didik untuk pagelaran Kreasi Santri. Ini merupakan agenda rutin tahunan sehingga perlu persiapan-persiapan. Selain itu, khususnya sekarang akan menyambut kedatangan Presiden Jokowi ke PMI Dea Malela,” jelas Din yang kini menjabat Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP).

Din Syamsuddin mendirikan Pesantren Modern Internasional (PMI) Dea Malela di area perbukitan seluas 15 hektare di Desa Pamangong, Sumbawa, NTB. Cita-citanya menghadirkan pendidikan yang unggul dan islami di tanah kelahiran terwujud sejak dua tahun silam.  

Walaupun berlokasi di pelosok daerah, Din menuturkan, PMI Dea Malela sudah bertaraf internasional. Memasuki tahun ketiga, kini tercatat sebanyak tiga ratus orang santri yang belajar di lembaga tersebut. Mereka berasal dari pelbagai provinsi di Indonesia serta luar negeri.

Pada tahun sebelumnya, sebanyak 26 orang santri merupakan pelajar asing asal negara-negara ASEAN dan Rusia. Untuk tahun ajaran kali ini, total ada 22 santri asal mancanegara, termasuk Republik Rakyat Cina. Sementara itu, jumlah tenaga pengajar di pesantren ini sebanyak 30 orang guru yang profesional.

Di antara keunggulan PMI Dea Malela, menurut Din, adalah penerapan metode belajar bahasa-bahasa internasional. Sistem ini sekarang diterapkan untuk tingkat SMP (Tsanawiyah) dan SMA (‘Aliyah) di sana. Memasuki tahun ketiga, murid Tsanawiyah harus mempraktikkan bahasa Arab dan Inggris dalam komunikasi sehari-hari. Dengan demikian, mereka diproyeksikan fasih dua bahasa itu ketika naik ke tingkat ‘Aliyah.

“PMI Dea Malela, meskipun letaknya di pelosok, kami tekadkan untuk menjadi pusat keunggulan pendidikan di Dunia Islam internasional,” ujar Din. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement