REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Internet dan media sosial kini banyak disesaki segala macam informasi. Tak terkecuali informasi mengenai makanan pendamping ASI (MPASI). Tak sedikit ibu-ibu zaman now menjadi pengikut akun-akun media sosial (medsos) yang kerap berbagi menu-menu MPASI untuk buah hati.
Akan tetapi, fenomena ini rupanya meresahkan kalangan medis terutama dokter spesialis anak. Beberapa dari mereka mengungkapkan keprihatinannya karena menu MPASI yang diikuti oleh ibu-ibu dari public figure atau influencer sejatinya belum memenuhi kandungan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Keresahan itu muncul salah satunya dari dokter spesialis anak Murti Andriastuti.
"Di medsos banyak menu-menu MPASI yang tidak sesuai panduan kesehatan tapi diikuti ibu-ibu. Sebaiknya berikan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan sudah terbukti secara medis. Jangan hanya ikut-ikutan apa yang dibagikan public figure dan testimoninya," ujarnya dalam diskusi bertajuk Tatalaksana Perawatan Anemia dan Rinitis untuk Peningkatan Kualitas Hidup Anak dan Keluarga, Ahad (22/7).
Salah satu yang menjadi sorotan dalam tren menu MPASI di medsos adalah kurangnya pemberian makanan yang mengandung zat besi. Selama enam bulan pertama minum ASI eksklusif, bayi disebut hanya mendapat sedikit asupan zat besi.
"Saat lahir sampai usia enam bulan, pasokan zat besi berasal dari ibu dan ASI. Tapi nanti lama-lama persediaan zat besi di tubuh bayi akan berkurang. Dari MPASI itulah seharusnya bayi memperoleh tambahan zat besi yang mencukupi," kata Murti.
Namun terkadang para ibu masih belum menyadari pentingnya pemenuhan zat besi di MPASI. Oleh karena itu kasus-kasus anemia defisiensi besi (ADB) biasanya muncul pada bayi berusia enam bulan.
Padahal, zat besi adalah salah satu nutrisi vital untuk mendukung tumbuh kembang anak. Apabila sampai usia dua tahun kebutuhan zat besi tidak mencukupi, maka efeknya pada tumbuh kembang anak akan bersifat permanen.
Pernyataan senada diungkapkan dokter spesialis anak, Soedjatmiko. Soedjatmiko menerangkan anak yang minim pasokan zat besi bisa mengalami kekurangan berat badan, tinggi badan, dan keterlambatan tumbuh kembang.
"Motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara, kemampuan mengingat, semua itu dipengaruhi salah satunya oleh zat besi. Zat besi punya peran penting dalam tumbuh kembang anak dan membentuk struktur otak," kata dokter senior tersebut.
Soedjatmiko sempat menemukan tren di medsos yang menyebut karbohidrat lebih diutamakan untuk MPASI. Itu adalah pernyataan yang menurutnya salah.
Menurut Soedjatmiko, menu MPASI haruslah lengkap mulai dari makanan pokok, lauk, buah, dan sayur mayur. "Sebagai gambaran, kurang lebihnya satu porsi MPASI terdiri atas setengah porsi lebih sedikit makanan pokok, seperempat porsi kurang sedikit masing-masing untuk lauk daging merah dan sayur-mayur," ujarnya.