Ahad 22 Jul 2018 05:12 WIB

Menpar Tegaskan Pentingnya Keberpihakan Daerah di Pariwisata

Banyak destinasi di tanah air yang harus dicapai dengan akses yang belum maksimal

Sejumlah wisatawan asing melambaikan tangan saat kapal pesiar MS Volendam akan sandar di dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/11).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Sejumlah wisatawan asing melambaikan tangan saat kapal pesiar MS Volendam akan sandar di dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya kembali menegaskan pentingnya keberpihakan pemerintah daerah dalam memajukan pariwisata. Tidak hanya soal penataan destinasi dan promosi, tapi juga mempermudah aksesibilitas wisatawan untuk ke destinasi yang ada di daerah masing-masing.

Arief Yahya menjelaskan, kunci dari pengembangan pariwisata nasional ia bagi dalam konsep 3A. Yakni atraksi, amenitas dan aksesibilitas.

"Untuk atraksi saya tidak khawatir. Karena natural dan cultural resources Indonesia selalu masuk top 20 di dunia," ujar Menpar Arief Yahya saat memberikan Penganugerahan Yokatta Wonderful Indonesia Tourism Award 2018 beberapa waktu lalu di Jakarta.

Begitu juga dengan amenitas, dimana industri banyak yang terus mengembangkan investasinya di lokasi-lokasi wisata serta program homestay yang tersebar luas di masyarakat.

Namun kondisi berbeda terdapat di faktor aksesibilitas. Banyak destinasi di tanah air yang harus dicapai dengan akses yang belum maksimal. Disinilah pemerintah daerah bisa memainkan peran.

"Saya imbau pemerintah daerah bisa menentukan bandara yang bisa menjadi hub, sehingga akses bagi wisatawan dapat terhubung," ujar Arief Yahya.

Dalam skala yang besar, Menpar mencontohkan ketika Kemenpar menetapkan Bandar Udara Changi di Singapura sebagai hub dalam menjaring wisatawan mancanegara. Singapura memiliki lokasi yang strategis, dekat dengan Indonesia, serta banyak penerbangan dari berbagai negara di dunia menuju Singapura.

Berbeda dengan Indonesia dimana masih banyak yang belum ada penerbangan langsung dari sejumlah negara.

"Ketika Singapura kita jadikan hub, kita akan mudah mendapatkan wisatawan dari berbagai negara. Terutama ke Kepulauan Riau sehingga melalui Changi akses langsung terbuka ke seluruh dunia," kata Arief Yahya.

Penganugerahan Yokatta Wonderful Indonesia Tourism Award 2018 inipun ia harapkan bisa jadi pemacu bagi pemerintah daerah untuk terus berkomitmen dalam menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan bagi daerah.

Di ajang penghargaan ini, Kota Surabaya terpilih sebagai yang terbaik. Mengalahkan Denpasar di posisi kedua dan Bandung di posisi ketiga dari 34 Kabupaten/Kota di Indonesia. 

Ketua Dewan Juri Yokatta Wonderful Indonesia Tourism Award 2018 Didien Junaedi mengatakan, ada empat indikator penilaian yang mendasari pemilihan pemenang dengan bobot yang berbeda.

Pertama, kinerja usaha pariwisata, (akomodasi dan makan minum): PDRB dan tenaga kerja, dampak/outcome, serta Data Statistik BPS dengan bobot 40 persen. Kedua, Indeks Pariwisata Indonesia yaitu daya saing dengan bobot 30 persen. Ketiga, Indonesia's Attractiveness Award: dimensi pariwisata dengan bobot 15 persen.

Keempat, Penghargaan Internasional dan Nasional (Kementerian/Lembaga) dengan bobot 15 persen.

"Dari indikator penilaian itu, terdapat 134 kabupaten/kota terbaik di bidang pariwisata di Indonesia. Dan dari jumlah tersebut dipilih  top-10 kota terbaik, top-10 kabupaten terbaik, dan top-1 dari masing-masing provinsi di Indonesia dengan best of the best-nya jatuh ke Provinsi Jawa Timur dengan Kota Surabaya dengan nilai 7,36," kata Didien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement