Jumat 20 Jul 2018 09:07 WIB

Destinasi Harus Perkuat Unsur Keberlanjutan Lingkungan

Kekuatan terbesar pariwisata Indonesia ada di keragaman sumber daya alam dan budaya

Keindahan bawah laut Raja Ampat dengan terumbu karangnya.
Foto: Antara
Keindahan bawah laut Raja Ampat dengan terumbu karangnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penataan destinasi menjadi salah satu kunci pengembangan pariwisata nasional. Termasuk didalanya adalah memastikan pemenuhan unsur-unsur keberlanjutan lingkungan (enviromental sustainability) agar dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi wisatawan.

Terlebih kekuatan terbesar pariwisata Indonesia ada di sumber daya alam dan ragam budaya. Keduanya membutuhkan dukungan keberlansungan yang kuat untuk membuatnya terus terjaga.

"Sustainable torusim juga sudah menjadi isu global dan Indonesia harus sangat concern dengan pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya usai meluncurkan ajang Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2018, Kamis (19/7) kemarin.

Namun sayangnya, salah satu faktor kunci dalam pengembangan pariwisata nasional ini justru menjadi nilai terendah bagi Indonesia. Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF), Indonesia menempati peringkat 131 dari 136 negara.

Hal ini menandakan Indonesia memiliki pekerjaan besar yang harus diselesaikan jika ingin terus berada di jalur pengembangan pariwisata secara global. Yang ujungnya menarik minat wisatawan untuk terus datang ke Indonesia. 

photo
Kegiatan diving di laut Taka Bonerate di Pulau Tinabo Besar, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

"Hal yang sederhana saja, bagaimana kondisi WC kita di destinasi wisata, pengelolaan sampah dan lainnya," ujar Arief Yahya.

Pemerintah ujar Menpar, telah mengeluarkan Permen Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang menjadi acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan.

Pedoman ini diselaraskan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Global (SDGs).

"Prinsipnya adalah 3P, yakni people, planet, prosperity atau pemberdayaan masyarakat, kelestarian alam, dan peningkatan kesejahteraan," ujar Arief Yahya.

Ia mendorong seluruh pengelola destinasi untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam pariwisata keberlanjutan berbasis lingkungan. Dengan mengaplikasikan pariwisata berkelanjutan akan semakin meningkatkan nilai pada pariwisata yang berujung pada peningatakan kesejahteraan masyarakat.

Menpar mencontohkan Desa Pemuteran di Bali yang pada tahun 1980-an merupakan kawasan Nelayan. Dimana aktivitas masyarakatnya yang mayoritas nelayan, mencari ikan dengan bom. Nelayan juga mengambil terumbu karang untuk dijadikan hiasan aquarium.

Namun dengan kesadaran dari pemuda saat itu, pada tahun 1989 dimulai perubahan. Masyarakat diajarkan nilai-nilai penjagaan lingkungan termasuk terumbu karang. Alhasil kini keindahan alam di wilayah ini terjaga. Wisatawan dapat menikmati perbukitan dan keindahan bawah laut yang jernih dan indah.

"Akhirnya kesejahteraan masyarakat semakin terangkat. Kini Desa Pemuteran menjadi desa wisata andalan dengan memanfaatkan potensi alam yang menjadi kekayaannya," ujar Arief Yahya.

Ajang ISTA 2018 yang memasuki tahun kedua penyelenggaraan diungkapkan Menpar menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mendorong pengelola destinasi untuk memastikan pemenuhan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan yang menjadi modal pariwisata berkelanjutan.

"Kita mengajak sektor publik, swasta dan masyarakat untuk meningkatkan enviromental sustainability melalui ajang ISTA," ujar Arief Yahya.

photo
Peluncuran Indonesia Sustainble Tourism Award 2018

Tenaga Ahli Menteri Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Valerina Daniel, menambahkan, tidak hanya pengelola wisata, wisatawan juga harus memiliki pemahaman yang sama terhadap lingkungan. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi wisata kelas dunia, harus melibatkan semua pihak. Tidak hanya pengelola destinasi tapi juga wisatawan.

"Wisatawan diharapkan tidak sekadar berkunjung ke destinasi, tapi juga telribat menjaga lingkungan dan budayanya," ujar Valerina Daniel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement